2. Samudera-nya Papa

235 36 22
                                    

"Saya tak peduli dengan kekurangannya, bagi saya dia adalah hadiah dari Tuhan yang sangat berharga, seberapapun banyak uang, berlian atau emas yang ditawarkan, tak akan bisa menandingi hadiah dari Tuhan yang maha baik. - Darren Dharmendra

 - Darren Dharmendra

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

.

.


17 Desember 2002

"Alhamdulillah, selamat pak anak anda lahir dengan selamat, istri anda juga selamat. Anak bapak laki-laki, tampan sekali wajahnya."

Mendengar kabar bahagia tersebut, pria itu merinding sekujur tubuh, ia meneteskan air mata bahagianya. Anak pertamanya yang selama ini ia tunggu akhirnya hadir. Tak henti hentinya pria itu mengucapkan kata syukur, "Alhamdulillah ya Robbi. Terimakasih ya Allah, terimakasih Arin, terimakasih dok," ucapnya.

Dr. Darren Dharmendra, pria itu menikahi Arin lima tahun yang lalu. Sudah lama mereka ingin memiliki momongan, tapi tak kunjung diberi. Hingga tepatnya di awal tahun, Arin membawa kabar luar biasa kepada suaminya selepas pulang bekerja. Betapa senangnya Darren mendengar kabar kehamilan sang istri, ia memeluk erat istrinya, menciumi kening Arin berulang kali dan mencium perut Arin yang didalamnya ada calon anaknya.

Selama hamil, semua waktu Darren tersita hanya untuk menemani istrinya. Dia selalu memanjakan Arin, setiap kebutuhan Arin akan selalu ia sanggupi, bahkan seluruh kerjaan rumah ia lakukan demi mencegah Arin melakukan banyak hal yang bisa membuat istrinya kelelahan. Vitamin-vitamin selalu ia beri untuk Arin, semua makanan ia jaga. Hanya makanan dan minuman sehat yang boleh dikonsumsi Arin, pria itu sangat menjaga kondisi istri dan calon anaknya.

Darren memasuki ruangan istrinya, terlihat Arin yang sedang tergeletak lemas, namun wajahnya tampak bahagia. Darren tersenyum dan menghampiri Arin, ia memeluk badan ringkih sang istri, "terimakasih sayang," ucapnya lembut sembari mengelus penuh kasih puncak kepala Arin.

Namun kebahagiaan mereka tak berlangsung lama, setelah dokter memberikan kabar yang menampar telak pasangan suami istri tersebut.

Anak mereka didiagnosis menderita kelainan perkembangan saraf, hal itu membuat penderitanya akan memiliki perilaku dan interaksi yang berbeda dari orang biasanya.

Hati Darren remuk, tapi ia berusaha terlihat baik-baik saja didepan Arin. Ia harus bisa menerima kenyataan ini. Pria itu mencoba meyakinkan Arin bahwa ini bukanlah kesalahan istrinya, ini adalah takdir, tidak ada yang perlu disalahkan atas hal ini.

Begitupun Arin, ia terlihat menangis, ia merasa bersalah, ia merasa ini semua kesalahannya yang tidak bisa menjaga kandungan. Namun setelah diyakinkan oleh sang suami, ia mulai menerima kenyataan tersebut. Ia berjanji akan menjadi ibu yang baik untuk anaknya, Arin dan Darren bersedia menerima kekurangan anaknya dan menyayangi anaknya setulus hati.

Kisah Singkat Untuk GanteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang