"Terkadang, menjadi seorang saudara lebih baik daripada menjadi superhero."
.
.
.
Semenjak kehilangan sang Ayah, hidup ketiga bersaudara tersebut bak diterjang ombak yang tidak kunjung surut.Jika dulu, mereka hidup damai diselimuti kasih sayang serta tinggal dirumah yang megah. Namun sekarang tidak, takdir memaksa mereka untuk tinggal di rumah kontrakan sederhana dengan biaya uang sewa yang cukup besar.
Tentunya hal ini tidak mudah bagi seorang lelaki muda, yang sudah menginjak usia 18 tahun. Gante Dharmendra, anak kedua dari pasangan Darren Dharmendra dan Arin Sanjaya. Lelaki tampan tersebut dipaksa oleh keadaan yang mengharuskan dirinya sebagai tulang punggung keluarga.
Gante harus bekerja keras, siang sampai malam tanpa kenal waktu. Ketika ia sudah pulang sekolah, ia akan langsung berangkat bekerja. Hal itu sudah menjadi rutinitasnya sehari-hari.
Seperti saat ini, Lelaki itu masih sabar menunggu pembeli yang tak kunjung ada sejak pagi, hingga kini sudah menjelang siang.
Karena ini hari minggu, pagi-pagi sekali Gante akan berangkat untuk berjualan, tentunya setelah menyiapkan sarapan untuk kakak dan adiknya. Ia berjualan di tempat-tempat yang biasanya dikunjungi orang-orang. Seperti taman, pasar, atau di jalanan yang ramai orang berlalu lalang.
Ia menjual berbagai macam bentukan bakso, untuk minumannya, ia menjual minuman segar seperti jus buah atau teh manis. Soal cita rasa, tentu rasanya enak. Gante mempelajari segala resep masakan dari ibunya, Arin, yang dikenal jago memasak.
Namun seenak apapun rasa makanan dan minumannya, soal rezeki tidak ada yang tahu. Bisa saja hari ini ia ditakdirkan memiliki jumlah pembeli yang sedikit. Namun, Gante tidak pernah pesimis.
"Dek, beli baksonya satu porsi ya, tapi jangan terlalu pedas," ucap seorang pembeli berpakaian rapi ala kantoran.
"Siap mbak, mau dibungkus aja atau makan disini?" Tanyanya.
"Dibungkus aja," balas wanita itu.
"Siap, tunggu sebentar ya mbak," Gante tersenyum manis, ia mulai bergerak menyiapkan bakso terenak ciptaan Ibunya. Tiba-tiba, wanita tersebut ketawa kencang, membuat pergerakkan Gante berhenti. Ia menatap kebingungan.
"Kenapa mbak? kok ketawa, ada yang lucu ya?"
Wanita itu terkekeh kecil, "maksud saya yang dibungkus itu kamu, mau saya bawa pulang soalnya," ucap wanita kantoran yang sepertinya terpesona dengan ketampanan paripurna seorang Gante. Jarang sekali ada tukang jualan bakso gerobak bertampang imut mirip V BTS.
Gante yang mendengar gombalan dari wanita itu, hanya bisa menampilkan senyuman malu-malu, "ah mbak bisa aja."
"Maaf saya tadi hanya bercanda, gak usah dibungkus, saya makan disini aja, sambil lihat wajah kamu," wanita itu lagi-lagi melempar gombalan mautnya, membuat yang digombalin jadi salting sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Singkat Untuk Gante
Teen Fiction⚠️ WAJIB FOLLOW AKUN AUTHOR! JUDUL AWALNYA CANDALA + Belum Direvisi "Tidak perlu kata-kata ketika hati benar, karena cinta dapat didengar bahkan dalam kesunyian yang paling mematikan." Ditinggal mati oleh sang Ayahanda, serta sang Ibunda yang lagi b...