Luangkan waktu untuk vote dan berkomentar, jika sudah, terima kasih banyak ❤️❤️❤️
.
.
."Pah, Wawa pamit ke sekolah dulu ya," Nazwa menciumi pipi kiri dan kanan papanya. "Papa gak bisa ngantar kamu ke sekolah, waktunya mepet. Bagaimana kalau kamu dijemput oleh Bima saja?"
Nazwa merenggut kesal, papanya selalu saja mencari kesempatan untuk membuatnya dekat dengan Bima—anak dari kolega papanya.
"Lebih baik aku jalan kaki atau naik gojek aja," Nazwa menolak mentah-mentah tawaran dari papanya.
"Sekali-kali kamu coba dekat sama Bima, dia orangnya baik kok."
Nazwa memutar bola matanya jengah, "Gak! Bukan masalah baiknya, aku risih aja sama Bima, Gak suka sama dia."
"Yaa ... Papa udah telfon Bima gimana dong, kasian dia kesini jauh-jauh, kamunya malah pergi." Nazwa menatap marah kearah sang Papa, "Papa kok gitu, gak asik tau!"
Tak berapa lama, Bima datang dengan motor hitam besarnya. Ia membunyikan klakson mengisyaratkan bahwa ia sudah datang. Papa mengkode Nazwa untuk segera menghampiri Bima. Dengan berat hati, Nazwa akhirnya menurut dan menghampiri Bima.
"Lo dah lama nunggu?" Tanya Bima basa-basi, membuat Nazwa jengah. "Iya, Gue dah setengah jam nunggu lo!" Ketus Nazwa mengundang tawa Bima.
"Gak yakin gue, lo kan sering terlambat," celetuk Bima.
Tak ingin darah tingginya naik, Nazwa segera duduk di jok motor. Bima langsung melajukan motornya setelah berpamitan dengan bokapnya Nazwa.
Ditengah perjalanan, matanya terkunci kepada cowok berseragam SMA Trisatya yang sedang berjalan kaki. Nazwa sangat kenal dengan cowok tersebut.
Nazwa menepuk-nepuk punggung Bima, menyuruh lelaki itu untuk segera berhenti. Gak tahan dengan pukulan Nazwa yang cukup kuat, akhirnya Bima memberhentikan laju motornya.
"Kenapa Waa?" Tanya Bima melirik Nazwa yang sudah turun dari motornya.
"Lo duluan aja, gue ada urusan, bye ..." Nazwa berlari meninggalkan Bima yang diam menatap kepergiannya.
Nazwa memukul kuat kepala belakang lelaki yang sedari tadi berjalan kaki dengan tenang . Ia mengadu kesakitan sembari mengelus kepalanya.
"Anjir, lo ternyata!" Gante menatap sebal cewek tersebut. Nazwa ketawa puas saat melihat raut wajah Gante yang tampak kesakitan. Musuh bebuyutannya satu ini nampak menggemaskan jika sedang kesakitan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Singkat Untuk Gante
Ficção Adolescente⚠️ WAJIB FOLLOW AKUN AUTHOR! JUDUL AWALNYA CANDALA + Belum Direvisi "Tidak perlu kata-kata ketika hati benar, karena cinta dapat didengar bahkan dalam kesunyian yang paling mematikan." Ditinggal mati oleh sang Ayahanda, serta sang Ibunda yang lagi b...