28

1.7K 161 0
                                    

♡♡


"Mas, buburnya gak enak." Haechan yang sedang menata beberapa barang langsung beralih menatap Renjun yang mana membuat Renjun menciut.

Bagaimana tidak, tatapannya Haechan saat ini benar-benar tajam setajam pisau dapur sang mama.

"Kalo gak enak gamau dimakan?" Renjun menggeleng, "enak kok, ini mau dimakan.."

Satu suapan masuk kedalam mulutnya, rasa aneh di mulutnya membuatnya ingin memuntahkan dan membuang jauh-jauh bubur jahanam ini.

Tapi ia sadar akan tatapan Haechan yang belum beralih sedetik pun.

Asal kalian tau, sedari tadi Haechan ini hanya diam memperhatikan. Tak mengeluarkan suara sedikit pun ketika Doyoung memarahinya ditambah dengan mamanya yang sebenarnya belum puas mengomelinya itu.


Renjun berpikir bahwa sudah cukup sampai disitu, tapi ternyata tidak.

Setelah mereka keluar dari ruangan dan hanya menyisakan dirinya dan Haechan, disitulah ia merasakan seperti ajalnya tepat didepan mata.

Belum pernah ia dapati Haechan mode diam seperti ini. Dan itu sangat menyeramkan melebihi bang Doyoung ketika marah.

Suapan demi suapan ia paksakan untuk menelan, hingga suapan terakhir masuk kedalam mulutnya.

Haechan mengambil mangkuk tersebut dari hadapan Renjun dan memberikan segelas air setelahnya.

"Istirahat kamu, mas mau ke mobil bentar ambil barang mu yang ketinggalan."

"Mas, aku minta maaf.." cicitnya lirih ketika melihat Haechan yang bangkit dari kursinya.

Haechan terdiam beberapa saat.

"Aku minta maaf, mas." Ulangnya sekali lagi.

Haechan kembali duduk di kursi samping ranjang Renjun.

Menatap sang tunangan yang kini tengah menunduk, enggan untuk melihatnya.

"Mas gak merasa punya masalah sama kamu, kenapa minta maaf ke mas?"

Bukannya menjawab, Renjun malah semakin menunduk takut pada Haechan.

"Selimutnya lebih menarik daripada mas?" Tanya Haechan yang akhirnya mampu membuat Renjun mengangkat kepalanya melihat Haechan yang sedang duduk bersedekap dada.

"Engga.." Ucapnya pelan berusaha untuk tidak mengalihkan pandangannya.

"Trus kenapa nunduk mulu?"

Renjun diam, suaranya seakan hilang ditelan bumi.

Raut wajah datar milik Haechan sangatlah menyeramkan.

Sebenarnya saat ini Renjun sedang berusaha mati-matian untuk menahan air matanya.

Gue kayaknya lebih milih dimarahin bang Doyoung aja ketimbang mas gini.

Haechan menghela nafasnya panjang, ia bangkit dan menarik Renjun dalam rengkuhan nya.

"Mas.."

"Diem dulu bentar dek, mas lagi marah sama kamu, jangan ngomong dulu. Mas cuma mau meluk kamu biar marah mas cepet ilang."

Pada akhirnya yang bisa Renjun lakukan hanya membalas pelukan Haechan dengan erat, membenamkan wajahnya pada dada Haechan.

Begitu pula dengan Haechan yang kini indra penciumannya tengah sambut wangi khas milik sang tunangan yang mampu melunturkan amarahnya sedikit demi sedikit, ketika ia meneggelamkam wajahnya pada ceruk leher Renjun.

🪐🪐

Should I? [ʜʏᴜᴄᴋʀᴇɴ] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang