[DUAPULUHENAM]

1.9K 59 0
                                    

Ceklek

Rey membuka pintu kamarnya, membuat Mama Vina yang sibuk menenangkan Olivya beralih menatap putranya dan menghampirinya

"Selesaikan masalah kamu dengan kepala dingin, Mama ngga mau sampe kamu seperti tadi" ucapnya menatap sang putra yang penampilannya terlihat acak-acakan

"Mama pergi dulu" lanjutnya menepuk pundak sang anak lalu beranjak pergi keluar dari kamar Rey

Sepeninggalan Mamanya Rey langsung menghampiri sang istri yang terlihat masih terisak dengan kepala menunduk
duduk di pinggiran kasur membelakangi dirinya

"Sayang" ucapnya lirih

"Maaf" lanjutnya dan langsung memeluk sang istri

"Maafin aku" ucapnya penuh sesal

"Maaf sayang"

"Maaf banget"

"Maaf"

"Maaf" kata maaf beruntun itu terus dilontarkan Rey kepada istrinya

"Maaf yaa, bikin kamu takut" Rey mendekap tubuh istrinya erat dan mengelus kepala istrinya lembut

Olivya tidak mengeluarkan suara apapun, dia terdiam di pelukan sang suami, Rey yang tidak merasakan pergerakan istrinya lantas sedikit mengurai pelukannya

"Sayang" raut panik tercetak jelas di wajah Rey, dia melihat sang istri memejamkan matanya

"Sayang, buka mata kamu" dia menepuk pelan pipi istrinya

"Sayang, please" Rey benar-benar khawatir

Rey membaringkan tubuh istrinya di kasur dan langsung bergegas menelpon dokter yang sudah kenal dengan keluarga Andreas, lebih tepatnya teman Papanya

....

....

....

Beberapa menit setelahnya dokter itu sudah datang dan langsung memeriksa kondisi Olivya, di kamar itu juga sudah ada Papa Bimo dan Mama Vina mereka tadi sempat terkejut perihal kedatangan temannya yang notabenya seorang dokter, padahal mereka tidak ada yang sakit. Setelah di jelaskan semuanya barulah mereka paham

"Gimana keadaan menantu saya, Arya?" tanya Papa Bimo pada dokter Arya

"Dia hanya kelelahan, tidak ada penyakit yang serius" tutur dokter Arya

"Lalu janin nya?" tanya Papa Bimo lagi

"Janin nya baik-baik saja" jelas dokter Arya

"Habis ini, tebus vitamin untuk mengembalikan staminanya, ini resepnya, dan jangan biarkan menantu mu melakukan aktivitas berat dan terlalu banyak pikiran, kandungannya masih sangat muda dan masih rawan" lanjut dokter Arya panjang lebar

"Terima kasih, Arya" ucap Papa Bimo, di balas anggukan oleh dokter Arya

"Kalo begitu, saya permisi" ucapnya langsung beranjak pergi

Sepeninggalan dokter Arya, Papa Bimo dan Mama Vina menatap horror putra mereka, yang ditatap hanya bisa menunduk

"Gimana?" Mama Vina berucap dengan bersendekap dada

"Seneng, istrinya begini?" lanjutnya

"Reynaldi Andreas!" panggilnya sedikit keras, jika Mamanya sudah memanggil dengan nama lengkapnya, sudahlah tamat riwayatnya

Kalo boleh memilih biar Papanya saja yang marah jangan Mamanya, lebih serem soalnya betina kalo ngamuk🥴 [isi hati Reynaldi]

"Maaf, Mah" lagi dan lagi hanya kata maaf yang terlontar di bibirnya

EXTERMINATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang