Waypoint 4. Kehidupan Budak I

10 3 0
                                    

"Kami kembali."

"Oh! Selamat datang kembali."

Tiga orang yang baru saja memasuki penginapan disambut oleh rekan mereka yang duduk mengelilingi meja bundar.

"Sudah selesai belanjanya?"

"Ya. Sisanya tinggal berangkat besok pagi."

Pandangan orang-orang perlahan beralih dari pria berzirah ke lelaki berpakaian sederhana di belakangnya.

"Jadi dia yang akan memandu kita kali ini?"

Alih-alih orangnya sendiri yang menjawab, justru pemimpin kelompok itu yang maju dan memperkenalkan anggota baru mereka.

"Biar kuperkenalkan pada kalian, anak ini bernama Arthur. Walaupun seorang budak, dulunya dia adalah seorang petualang."

Berbagai ekspresi diperlihatkan. Tidak ada yang mengutarakan isi pikiran mereka, kecuali pria yang duduk di kursi paling jauh.

"Yakin nih memilihnya? Jika seorang petualang bisa sampai menjadi budak, bukankah itu berarti dia sangat lemah?"

"Hendrik–"

"Tidak apa."

Sebelum sempat ditegur rekannya, Hendrik mendapat balasan langsung dari atasannya.

"Tujuan utamaku memilihnya adalah sebagai penunjuk jalan. Kuat tidaknya itu tidak penting. Lagipula aku sudah membayar mahal tentara bayaran yang akan melindungiku. Jadi, aku harap jumlah uang yang kukeluarkan sepadan dengan perlindungan yang kudapat."

Sarkasme yang diterima Hendrik langsung membuatnya terdiam. Sambil menopang dagu, ia membuang muka setelah bunyi decakan lidah.

Menilai bahwa tidak ada lagi yang protes, sesi perkenalan pun dilanjutkan.

"Karena kami sudah mengetahui namamu, sekarang giliranmu untuk mengenal kami. Namaku Castro, saudagar keliling. Aku berasal dari Kekaisaran Zogza dan telah mengunjungi berbagai tempat sebelum tiba di sini. Tujuanku hanya satu, yaitu mencari keuntungan sebanyak-banyaknya."

Castro menutup perkenalan dirinya dengan tawa renyah. Setelah itu, giliran ksatria yang selalu mendampingi Castro untuk memperkenalkan diri.

"Namaku Harling. Terus terang saja, aku tidak menyukai sikapmu saat berada di trading house. Karena kita akan bekerja bersama sebagai satu tim mulai dari sekarang, aku harap kamu bisa memperbaiki sikapmu itu," ujar ksatria dengan tombak di punggungnya. Tangannya yang terulur menunjukkan itikad baik untuk memulai kembali semuanya dari awal.

Setelah memandang tangan itu cukup lama, Arthur menggosok tangannya ke baju sebelum menjabat uluran tangan Harling.

"Aku akan lebih berhati-hati ke depannya."

Begitu keduanya 'berbaikan', Castro kembali masuk dan memperkenalkan anggota yang lain.

"Selain Harling, ada Stein, Orgo, Neil, dan Amico. Mereka semua adalah mercenaries yang kusewa."

Arthur menganggukkan kepala – menyapa semua orang. Ada yang membalasnya dan ada juga yang tidak. Selagi matanya berkeliling, dia mencari informasi yang bisa ia dapatkan dari setiap personel.

"Lalu tadi yang membantu kita menaikkan barang ke kereta adalah John dan Grek, keduanya adalah karyawanku," sambung Castro memperkenalkan anggota terakhir mereka yang tidak hadir di tempat ini.

Selepas mengenalkan semua krunya kepada anak baru, Castro merasa tidak ada lagi yang perlu disampaikan.

"Baiklah. Karena sudah larut, mari kita kembali ke kamar dan berstirahat. Besok kita harus berangkat pagi-pagi sekali. Oh ya Arthur, kamu akan berada di kamar 16, sekamar dengan John dan Hendrik."

TAOSC #3 - Side Character the TreasonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang