Waypoint 35. Turn of Tide

1 1 0
                                    

"Hei, apa ini udah selesai?"

"Gak tahu. Aku ketiduran di tengah-tengah."

"Semua topik berat ini membuat perutku lapar."

"Emang lu merhatiin?"

"Kagak."

Para petualang, yang mayoritas cuma ikut-ikutan saat menghadiri persidangan Arthur, merasa bosan karena mereka sejatinya tidak peduli dengan hasil apalagi jalannya persidangan. Lagipula, tidak ada seorang pun di dunia ini yang peduli dengan nasib orang yang tidak mereka kenal.

"Apa mereka akan menyediakan makanan untuk kita?"

"Mana ada! Kau harus mengisi perutmu sendiri."

"Kalau begitu untuk apa kita di sini? Ayo cari makan! Perutku sudah keroncongan dari tadi."

"Iya iya."

Para petualang mulai meninggalkan halaman gedung pengadilan satu per satu. Selain party Derorit, hampir tidak ada orang yang tersisa.

"Derorit, kita cari makan juga, yuk!" ajak Ayu pada Derorit yang masih duduk tegap terpaku pada layar proyeksi yang sudah dimatikan.

"Derorit."

"Oh, ya! Ayo."

"Apakah kau mengkhawatirkan Arthur?"

".....Ya. Posisinya sangat buruk. Aku ragu dia bisa membalikkan situasinya saat ini."

Keempat anggota One for All yang lain berwajah mendung. Satu-satunya orang yang paham mengenai hal-hal rumit ini adalah ketua mereka, dan mendengar situasinya langsung dari mulutnya membuat mereka bermuram durja.

"Apakah tidak ada yang bisa kita lakukan?"

"Sayangnya tidak ada, dan itu jugalah yang paling membuatku kesal. Tidak ada yang lebih mengesalkan daripada tidak dapat melakukan apa-apa ketika temanmu membutuhkan pertolongan."

Derorit memasang wajah mengerikan saat ia mengatakan hal itu. Dia seperti memiliki kenangan pribadi terkait masalah ini.

Saat suasana di antara mereka semakin berat, Richel — yang masih ada di sana — merasa muak dengan udara sesak di sekelilingnya.

"Ya ampun. Kalian ini suka sekali bermain teman-temanan, ya?"

"Apa katamu?!"

Ayu, yang paling temperamental di antara semuanya, menjadi orang pertama yang menanggapi sindiran Richel. Dia beranjak untuk mencengkeram kerah orang yang menghina mereka, namun berhasil dihentikan oleh Edlin.

"Kalau memang si Arthur ini sehebat yang selalu kalian katakan, dia pasti akan baik-baik saja."

"Kau tidak mengerti, Richel. Tidak peduli seberapa kuat seseorang, mereka tidak akan berdaya di hadapan kelicikan para bangsawan."

"Kaulah yang tidak mengerti di sini, Derorit. Bagiku, kekuatan berada di atas segalanya. Baik itu hukum, kekayaan, maupun kekuasaan, semuanya tidak berarti di hadapan kekuatan absolut. Jika dia tidak mampu melewati cobaan ini, itu hanya berarti dia tidak cukup hebat untuk memenuhi ekspektasi orang-orang."

Derorit tersenyum pahit. Jika semua masalah bisa diselesaikan dengan kekerasan, maka segalanya akan menjadi mudah. Akan tetapi, kenyataan tidak selalu berjalan seperti yang kita inginkan.

"Aku pergi dari sini. Apapun hasilnya nanti, aku pasti akan segera mendengarnya dari mulut orang-orang."

Richel melompat dari kursinya dan berjalan menjauh. Anggota party One for All cuma bisa melihat kepergiannya dari belakang.

TAOSC #3 - Side Character the TreasonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang