Setelah berhari-hari perjalanan, rombongan Arthur dan para budak yang baru saja dibebaskan akhirnya tiba di Desa Nephilim. Menyaksikan kedatangan rombongan raksasa itu tentu membuat warga desa cemas. Tetapi ketika mereka melihat kehadiran Arthur di antara kawanan itu, mereka langsung menurunkan kewaspadaan mereka.
"Mas Arthur!"
Lily langsung berlari menghampiri Arthur.
"Syukurlah Mas baik-baik saja."
"Aku pulang, Lily. Bagaimana keadaan desa? Ada yang perlu dilaporkan?"
"Semua orang dalam keadaan sehat. Kami bisa hidup dengan nyaman berkat Mas Arthur."
Setelah saling bertukar kabar, bola mata Lily bergulir ke orang-orang di belakang Arthur.
"Omong-omong, apa mereka semua adalah penduduk desa lama Mas?"
Umumnya, sebuah desa memiliki populasi kurang dari seratus jiwa. Akan tetapi, orang yang dibawa Arthur jauh melebihi jumlah itu. Oleh sebab itu, Lily bertanya dengan ragu-ragu.
"Oh, bukan. Mereka adalah budak yang kuselamatkan. Sayangnya, aku hanya bisa membawa pulang satu orang saja temanku. Kemungkinan besar yang lainnya sudah meninggal atau dikurung di tempat lain."
"Oh... Sungguh disayangkan."
Mereka berdua memasang ekspresi pahit. Lily tidak tahu apa yang harus dikatakan kepada Arthur yang telah berharap banyak untuk dapat menyelamatkan teman-temannya.
Saat sedang bermuram durja, Arthur menyadari bahwasanya semua orang terdiam. Mereka semua menunggu ada yang memperkenalkan mereka pada orang-orang di hadapan mereka.
"Oh ya! Biar kuperkenalkan pada kalian. Mereka ini adalah orang-orang yang kuselamatkan dari Kota Toraus. Sementara itu yang di sini adalah para penyintas dari Desa Zaggan. Meskipun desa ini sederhana, aku harap kalian bisa tinggal bersama dengan akur sebagai satu keluarga," ucap Arthur memperkenalkan kedua belah pihak.
Meskipun sudah dibuka oleh Arthur, tak seorang pun dari mereka yang bergerak. Mereka semua memasang wajah ragu sambil melirik satu sama lain.
Tapi kemudian, seorang perwakilan dari mantan budak maju dan mengulurkan tangan kepada salah seorang warga Desa Nephilim.
"Perkenalkan, namaku Wulfric. Mohon kerja samanya mulai dari sekarang."
"O-Oh! Senang berkenalan denganmu juga. Namaku Adan."
Dimulai dari situ, satu per satu dari mereka saling berjabat tangan dan berkenalan satu sama lain.
Setelah acara halal bihalal selesai, mereka langsung bekerja. Bertambahnya penduduk dalam jumlah besar tentu memerlukan persiapan yang tidak sedikit. Mulai dari masalah tempat tinggal, makanan, pakaian, hingga perabot dan perkakas harus bisa segera mereka selesaikan. Untuk itu, Arthur memulainya dengan membuka lahan baru untuk membangun perumahan.
Mereka semua bergotong-royong dalam memperluas dan mengembangkan desa tempat tinggal mereka. Untungnya, rombongan imigran datang di pagi hari, sehingga mereka memiliki cukup banyak waktu hingga matahari terbenam.
Dengan bantuan sihir Arthur dan tenaga semua orang, tempat tinggal sementara untuk para penduduk baru telah selesai dibangun. Meskipun tidak semua orang mendapat rumahnya sendiri, setidaknya tidak ada yang tidak memiliki atap untuk bernaung.
Malam harinya, mereka mengadakan perjamuan. Warga Desa Nephilim mengeluarkan semua persediaan makanan yang mereka miliki. Walaupun sebagian merupakan persediaan yang sudah mulai mereka siapkan dalam rangka menghadapi musim dingin yang akan datang, mereka tidak ragu untuk menghabiskan semuanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
TAOSC #3 - Side Character the Treason
FantasíaApa yang menimpa Desa Zaggan telah mengingatkan Arthur akan wasiat terakhir kakeknya. Setelah membantu pembangunan desa baru untuk para penyintas, Arthur pergi untuk menyelamatkan teman-temannya. Apakah dia akan menyelamatkan teman-temannya yang dic...