Waypoint 5. Kehidupan Budak II

4 3 0
                                    

Ostral, adalah nama sebuah kota yang terletak di selatan Kerajaan Arcadia. Kota ini berada di dekat Saluman Union* namun tidak berbatasan secara langsung. Karenanya, kehidupan di kota ini masih berjalan seperti biasa. Bisa dibilang kondisi kota ini sebelas dua belas dengan Kota Occident – kota di sebelah barat Kerajaan Arcadia yang berdekatan dengan Kekaisaran Zogza.

Dari Toraus ke Ostral dibutuhkan waktu sekitar tiga sampai empat hari perjalanan dengan kereta kuda. Jika ditempuh dengan berjalan kaki, mungkin bisa memakan waktu lebih dari seminggu.

Rombongan Castro bepergian dengan dua buah kereta kuda : satu kereta penumpang dan satu kereta barang. Setiap kereta kuda dikemudikan oleh para pekerja Castro : John dan Grek. Keduanya sama-sama ditemani oleh seorang mercenary yang duduk di samping mereka.

Di samping kanan dan kiri kereta yang berjalan di depan dikawal oleh tentara bayaran yang menunggang kuda. Di dalam gerbong penumpang, ada Castro yang duduk nyaman bersama Harling, yang notabene merupakan keponakan sang saudagar.

Formasi mereka saat melakukan perjalanan kurang lebih selalu sama. Paling-paling mereka cuma mengubah posisi siapa yang berada di mana. Selain itu, tidak ada yang berubah.

Oh ya! Untuk Arthur sendiri sekarang berada di kereta barang yang ada di belakang. Dikarenakan kereta tersebut penuh sesak dengan barang dagangan serta perbekalan, membuat Arthur mau tidak mau harus meringkuk di pojokan. Berulang kali dia harus berbenturan dengan peti-peti kayu yang mengelilinginya setiap kali kereta melaju jalanan yang tidak rata.

Rombongan berhenti setiap beberapa jam sekali untuk membiarkan kuda-kuda mereka beristirahat. Demikian pula dengan para penumpang, mereka ikut turun untuk melemaskan persendian mereka yang kaku setelah duduk selama berjam-jam.

Dan teruntuk Arthur, yang akhirnya terbebas dari penjara yang mengurungnya, dia benar-benar menghargai setiap detik kebebasannya dengan sepenuh hati. Karena hanya dalam beberapa menit, dia harus kembali ke tempat terkutuk itu untuk beberapa jam ke depan. Jadi, dia sangat mensyukuri nikmat dimana ia bisa menggerakkan tubuh dengan bebas.

Karavan terus bergerak dalam kecepatan konstan dengan pola yang sama. Begitu malam tiba, rombongan berhenti untuk mendirikan kemah.

Setelah menyalakan api unggun, mereka mengeluarkan peralatan dan mulai memasak makan malam. Seperti biasa, Arthur harus menunggu sampai semuanya selesai makan baru mendapat jatah. Untungnya kali ini masih ada sisa dari sup yang mereka buat sehingga Arthur bisa makan untuk pertama kalinya dalam hari itu. Setelah menjilatinya hingga tetes terakhir, Arthur mencuci peralatan makan yang baru saja mereka gunakan dan memasukkannya kembali ke kereta barang.

Sambil sesekali menata barang atau melakukan aktivitas pribadi lainnya, semua anggota kelompok berkumpul mengelilingi api unggun. Topik utama yang mereka bahas ialah rute perjalanan keesokan harinya. Dan di sinilah yang membuat Arthur bingung.

Mengapa mereka masih memerlukanku padahal mereka sudah ada peta? pikirnya.

Jalan antar kota tidak serumit jalanan intra kota. Walau mereka menemui persimpangan sekalipun, mereka pasti bisa menentukan arah yang benar dengan memahami rambu-rambu yang ada. Sebagai orang yang aktif bepergian, mereka pastinya juga tidak buta peta. Maka dari itu, Arthur benar-benar gagal paham, apakah keberadaan pribumi sepertinya benar-benar dibutuhkan?

Setelah meninjau rute perjalanan, mereka membahas giliran jaga malam. Karena mereka tidak menganggap Arthur sebagai orang yang bisa bertarung, mereka tidak mengikutsertakannya dalam sif. Mereka yang berjaga adalah lima orang tentara bayaran yang dimulai dari Harling.

Bukannya kecewa, Arthur justru berterima kasih dengan pengaturan ini. Dengan begini, dia bisa menikmati malam panjangnya dengan tidur nyenyak layaknya bayi. Pura-pura lemah ternyata ada manfaatnya.

TAOSC #3 - Side Character the TreasonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang