Waypoint 8. Pasang-Surut Kehidupan

3 3 0
                                    

Kepala Barbro menggelinding ke kaki pemimpinnya. Melihat mata tak bernyawa petarung andalannya, pria dengan luka di pipi itu memerintahkan anak buahnya dengan panik.

"Mundur! Mundur!!"

Teriakan parau sang ketua membuat gerombolan bandit kocar-kacir. Mereka lari tunggang-langgang ke segala penjuru.

Normalnya, membunuh prajurit yang tidak lagi memiliki semangat juang adalah sebuah pelanggaran terhadap hukum perang. Tapi, kita tidak sedang berperang di sini. Selain itu, membiarkan mereka lepas hanya akan membawa petaka bagi orang lain. Kalau begitu—

"[Confinement Vault]"

Sebuah kubah penghalang tercipta menyelimuti area sekitar. Beberapa orang yang berlari dalam kecepatan maksimal terpental ketika menabrak dinding transparan. Sementara itu, beberapa orang lainnya menggedor-gedor dinding pembatas yang mengurung mereka layaknya narapidana yang memohon untuk dibebaskan.

"Permisi sebentar, Tuan."

"O-Oh! Silakan."

Arthur berjalan melewati tuannya yang terduduk melongo. Seraya menyeret senjata rampasannya, dia pergi berburu.

Bulu kuduk para bandit berdiri ketika mereka mendengar suara besi menggaruk tanah di belakang mereka. Bagaikan robot yang lupa diberi pelumas, para bandit menoleh ke belakang dengan gerakan patah-patah.

Tiada yang bisa mereka lakukan tatkala malaikat pencabut nyawa sudah bergerak untuk menjalankan tugasnya. Ketika malaikat maut itu berjalan melewati seseorang, kepala orang itu terpenggal sebelum dia bisa melakukan apa-apa.

Tidak dapat memahami apa yang baru saja terjadi, mereka baru menyadari kalau temannya baru saja terbunuh beberapa detik setelahnya. Bahkan ketika mereka sedang mencoba memahami situasi, korban lainnya terus berjatuhan.

Dalam suasana kacau balau dimana jeritan terdengar di mana-mana, pembantaian sepihak terus berlangsung. Arthur menari dengan pedang seberat puluhan kilogram di tangannya semudah mengayunkan ranting pohon.

Dibantai secara brutal membuat para bandit kehilangan akal sehatnya. Mereka lari tunggang-langgang tanpa arah yang jelas. Beberapa mencoba melawan namun kepala mereka putus bahkan sebelum bisa mengangkat senjata dengan benar. Mereka semua berupaya untuk tetap hidup, meskipun jauh di lubuk hati mereka tahu bahwa keinginan mereka tidak mungkin terwujud.

Tidak butuh waktu lama sampai tempat itu dipenuhi partikel cahaya. Begitu pekerjaannya selesai, Arthur pergi melapor ke atasannya kemudian menyembuhkan mereka yang terluka.

"[Massive Heal] [Detoxification]"

Tubuh para tentara bayaran bersinar dalam cahaya putih kehijauan. Luka-luka mereka berangsur sembuh dan mereka dapat menggerakkan tubuh mereka seperti sedia kala.

Setelah semuanya berakhir, keheningan datang menyertai mereka.

"Apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Neil memecah kesunyian.

"Jangan tanya aku! Aku sendiri juga bingung," balas Orgo sewot.

Mereka kembali terdiam untuk kesekian kalinya. Kali ini, giliran pemimpin mereka yang angkat bicara.

"Insiden barusan pastinya membuat kita semua syok. Lebih baik kita menenangkan diri sambil jalan."

Semuanya mengangguk tanpa ada penolakan. Sebenarnya tidak baik untuk melanjutkan perjalanan dalam kondisi seperti ini. Namun, berdiam diri di tempat ini juga tidak baik untuk kesehatan mental mereka.

Mereka semua berdiri dan berjalan menuju pos masing-masing. Namun ketika Arthur hendak naik ke kereta barang, dia dipanggil oleh Castro dan diminta untuk bergabung bersamanya di kereta utama.

TAOSC #3 - Side Character the TreasonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang