Waypoint 11. Rumah Baru

4 3 0
                                    

Sebuah kereta kuda melaju di jalanan kota. Kereta itu berbentuk persegi panjang dengan bagian bawah melengkung layaknya bulan sabit. Terbuat dari kayu pohon oak yang dicat dengan warna coklat tua memberi kesan kokoh pada kereta. Ditambah dengan ornamen emas di bagian atas, pintu, serta beberapa sudut lainnya membuat kereta terlihat mewah.

Wagon yang lumayan besar itu ditarik oleh empat kuda sekaligus. Mengingat harga kuda yang mahal, menggunakan banyak kuda untuk menarik sebuah kereta dapat menunjukkan strata sosial seseorang.

Biasanya, kereta raja atau kereta keluarga kerajaan yang sedang melakukan pawai akan ditarik oleh banyak kuda, kadang-kadang bisa mencapai belasan kuda. Ini bisa dijadikan sebagai tanda kemewahan dan kekuasaan raja. Oleh sebab itu, sebuah kereta indah yang ditarik oleh banyak kuda tentu akan menarik banyak perhatian. "Siapa gerangan orang kaya yang menaiki kereta tersebut?" tanya orang-orang.

Namun seakan mengabaikan ukurannya yang besar, kereta itu hanya mengangkut dua orang di dalam gerbong. Mereka duduk saling berhadapan dalam posisi yang sangat berbeda. Yang satu menatap penuh perhatian pada orang di depannya sementara satu lagi justru melihat keluar jendela dengan cuek.

Hubungan di antara keduanya adalah bawahan dan atasan, atau lebih spesifiknya seorang budak dan pemiliknya. Meskipun sikap yang ditunjukkan budak itu sangat tidak sopan, tapi majikannya tidak terlihat ingin protes. Dia tentu memiliki beberapa keluhan, tapi tak satu pun keluar dari mulut seksinya.

Kereta itu terus melaju hingga tiba di depan sebuah gerbang raksasa. Tanpa perlu melakukan pemeriksaan, para penjaga pintu gerbang sudah tahu siapa yang datang hanya dengan melihat keretanya. Mereka bergegas membuka kisi-kisi besi sehingga kereta itu dapat segera melintas.

Mengintip melalui kaca jendela, mata si budak melebar melihat besarnya bangunan yang dilihatnya. Mengeluarkan Akademi Sihir dari dalam daftar, bangunan besar yang pernah dikunjunginya hanyalah rumah milik Pahlawan. Tapi bahkan mansion itu pun tidak bisa dibandingkan dengan tempat ini.

"Apa kamu suka?" tanya si majikan.

Pria muda, yang barusan memiliki ekspresi seperti anak kecil yang kegirangan, seketika kehilangan seri wajahnya.

"Baguslah kalau kamu suka. Karena mulai dari sekarang, kamu akan tinggal di sini."

Roda kereta berhenti berputar tatkala mereka tiba tepat di depan wastu. Seseorang bergegas menuruni anak tangga dan membuka pintu kereta. Perempuan yang ada di dalam turun dengan bantuan pria berpakaian pelayan, diikuti oleh si budak di belakangnya.

"Aku masih ada urusan habis ini, kamu sama Sebas dulu, ya. Sebastian adalah kepala pelayan di rumah ini. Kalau ada yang tidak dimengerti, tanyakan saja padanya."

Sebas, yang diperkenalkan oleh atasannya, meletakkan tangan di depan dada dan membungkuk secara elegan. Dia adalah pria paruh baya dengan karisma yang kuat. Meskipun rambutnya sudah memutih, badannya yang tegap serta dadanya yang bidang membuatnya memancarkan aura seorang gentleman. Sorot matanya yang tajam membuat orang akan berpikir dua kali sebelum mencari masalah dengannya. Benar-benar seorang pria yang menolak untuk menua.

"Baiklah, aku tinggal dulu. Sisanya aku serahkan padamu," ucap wanita itu menepuk pundak pelayan setianya.

Setelah mengangguk mengantar kepergian atasannya, Sebas mengajak Arthur masuk ke dalam rumah. Dia mengantar Arthur berkeliling sekaligus memperkenalkan tempat ini padanya.

Secara garis besar, mansion ini terdiri dari dua area utama : area taman dan area rumah.

Ketika seseorang baru memasuki tempat ini, mereka akan disuguhkan dengan pemandangan taman nan indah. Taman ini memiliki bentuk persegi dengan air mancur di tengahnya. Di setiap sudut taman ditanami bunga dari berbagai jenis dan spesies yang dikelilingi tanaman pagar.

TAOSC #3 - Side Character the TreasonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang