Di balik kegelapan malam Kota Toraus, sepasang bayangan bergerak menyusuri gang-gang dalam sunyi. Kedua bayangan itu bergerak dengan senyap dan juga cepat, sehingga tak seorang pun menyadari kehadiran serta tujuan mereka.
Dipimpin oleh perempuan berambut hijau, mereka berpindah dari satu bangunan ke bangunan yang lain. Mereka menerobos masuk ke tempat-tempat penjualan budak, mengalahkan siapapun yang menghalangi jalan mereka, dan menyelamatkan mereka yang ditahan.
Para budak yang diselamatkan lantas dibawa dan dikumpulkan di rumah Wali Kota Toraus — yang kini menjadi markas sementara para pembebas.
Setibanya di rumah perdagangan budak yang kelima, mereka mengalami pertemuan yang tak terduga.
*Brak*
"Uwah!!!"
Seorang pria gemuk berteriak kaget ketika pintu depan didobrak. Berjalan menembus asap serta puing-puing pintu yang berjatuhan adalah seorang pria bertubuh langsing berotot dengan rambut panjang yang diikat rendah. Di belakangnya, ia ditemani oleh sesosok wanita bertubuh sintal dengan rambut hijau bergelombang.
Dalam sekali lihat, pria gemuk itu langsung mengenali sosok yang menerobos masuk ke tempatnya. Bagaimanapun juga, mereka baru saja bertemu beberapa hari yang lalu. Apa yang tidak ia pahami adalah mengapa dan bagaimana orang itu bisa berada di sini?
"Kau... Bukankah kau adalah budak Charlotte?!"
"Hoho! Kita bertemu lagi, Tuan Philips! Entah mengapa aku tidak terkejut melihatmu di sini," ujar Arthur dengan kilatan haus darah di matanya, seolah sudah lama menantikan pertemuan ini.
Para pria sangar berdatangan menanggapi kedatangan penyusup. Akan tetapi, mereka semua dikalahkan dalam sekejap mata.
"Apa yang kau lakukan di sini?! Laporan tentang adanya serangan di rumah dagang lain, apakah kau juga yang melakukannya?"
"Dilihat saja juga tahu."
Arthur berjalan melewati para tukang pukul yang tak sadarkan diri di sepanjang jalan. Melihat senyum lebar Arthur yang menakutkan membuat Philips bergidik ngeri. Dia perlahan mengambil langkah mundur sembari memikirkan cara untuk menyelamatkan diri.
"Tu-Tunggu sebentar!"
"Tidak, aku tidak akan menunggu."
Arthur membungkuk untuk mengambil sebuah senjata, yakni kapak genggam milik salah seorang tukang pukul yang tergeletak di lantai.
Philips yang semakin paranoid justru tersandung kakinya sendiri dan terjungkal ke belakang. Ketika dia mendongak, dia melihat tatapan dingin seorang pemburu yang kelihatan sudah tidak sabar ingin meminum darahnya.
Bahkan dalam kondisi seperti itu, Philips masih mencoba merangkak mundur hingga akhirnya terpojok dengan tembok di belakangnya.
"Kumohon, tolong dengarkan aku."
Tanpa menggubris permohonan Philips, Arthur mengangkat tangan kanannya. Mata Philips mulai berair menyaksikan hal itu.
Lalu ketika kapak tangan menukik tajam ke arahnya, Philips berteriak, "Kumohon biarkan aku membantumu!!"
Tepat ketika kalimat Philips berakhir, kapak tangan juga telah tiba di tempat tujuan.
Philips membuka kedua matanya ketika tak merasakan rasa sakit yang dia bayangkan.
Begitu indra penglihatannya terbuka, dia melihat sebuah kapak berada tepat di samping kepalanya. Bola matanya bergetar melirik besi yang memantulkan bayangan wajahnya. Sedikit saja ia menggerakkan kepalanya ke samping dan dia akan merasakan secara langsung dinginnya besi tajam yang telah merenggut banyak nyawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
TAOSC #3 - Side Character the Treason
FantasiApa yang menimpa Desa Zaggan telah mengingatkan Arthur akan wasiat terakhir kakeknya. Setelah membantu pembangunan desa baru untuk para penyintas, Arthur pergi untuk menyelamatkan teman-temannya. Apakah dia akan menyelamatkan teman-temannya yang dic...