Waypoint 21. Kemunculan Mitra Bisnis Lama

8 3 0
                                    

Seorang pria berjalan di jalanan kota. Dia mengenakan kemeja kotak-kotak dan celana kain sambil membawa koper di tangannya. Meskipun dia mengenakan pakaian formal, kancing bajunya yang berteriak minta tolong membuat baju itu tidak cocok dikenakannya.

Meskipun suhu udara sudah mulai turun, untuk suatu alasan pria itu tidak bisa berhenti berkeringat. Dia terus mengelap wajah berminyaknya dengan sapu tangan.

Ketika pria itu tiba di depan gerbang berjeruji besi, dia dihampiri oleh seorang penjaga. Ketika petugas keamanan tersebut melihat si pria, alisnya terangkat seolah terkejut akan kehadirannya.

Reaksi itu memicu ketidaknyamanan pada diri si pria gembul. Dia sadar diri kalau sosoknya sangat tidak enak dipandang mata. Tubuh gemuk, kulit berminyak, rambut keriting tidak terawat. Tidak heran kalau orang memandang rendah dirinya.

Pria itu mengeratkan genggamannya pada pegangan koper tangannya. Walaupun sang pemilik rumah yang mengundangnya kemari, dia sudah bersiap jika akan diusir dengan kasar. Namun, untungnya semua itu tidak diperlukan.

"Apa ada yang bisa saya bantu?" tanya petugas itu dengan ramah.

Kejadian tak terduga ini membuatnya termangu untuk sesaat.

"Ah-eh.... Saya, saya ada urusan dengan Char—Nona Charlotte."

"Apakah Anda sudah membuat janji?"

"Ya! Malahan saya yang diminta kemari olehnya."

"Saya mengerti. Bisa tolong sebutkan nama Anda?"

"Philips."

"Tuan Philips, ya? Saya mengerti. Silakan masuk. Nona Charlotte telah menunggu kehadiran Anda."

Petugas itu lantas membuka pintu pejalan kaki yang berada di tepi gerbang besar.

"Mari saya antar."

Mereka berjalan memasuki mansion. Begitu berada di dalam rumah, suasana berubah seketika. Mungkin untuk mengusir keheningan, petugas itu memulai percakapan.

"Apakah Anda sering pergi minum-minum di bar?"

Pria gendut terkejut dengan pertanyaan yang begitu tiba-tiba.

"Lu-Lumayan. Kenapa Anda bertanya?"

"Sebab saya pernah sekali melihat Anda di salah satu bar yang saya kunjungi."

"Benarkah?!"

Pria itu mencoba menggali ke dalam ingatannya namun tidak menemukan apapun.

"Maaf, tapi saya tidak ingat pernah melihat Anda."

"Itu memang pertemuan yang singkat, jadi wajar bila Anda tidak mengingatnya."

Pria itu terus bergulat dengan memorinya sampai tidak sadar kalau mereka sudah tiba di tempat tujuan. Dia mengangkat kepala ketika mendengar penjaga di depannya mengetuk pintu.

Selang beberapa saat, terdengar balasan dari dalam.

"Siapa?"

"Tamu Anda — Tuan Philips — telah tiba."

"Suruh dia masuk."

Suara itu terdengar jauh. Meskipun suara dari balik pintu cenderung teredam, namun suara Nona Charlotte kali ini nyaris tidak terdengar. Tapi alasan di balik hal itu terkuak begitu pintu dibuka. Nona Charlotte sedang berada di balkon sambil duduk santai menikmati secangkir teh.

Mata Nona Charlotte bertemu dengan mereka yang berdiri di depan pintu. Matanya memicing ketika melihat salah satu tamunya. Bukan si pria gendut, malah dia menunjukkan ketidaksukaannya pada petugas berseragam.

TAOSC #3 - Side Character the TreasonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang