Waypoint 40. Keputusan Arthur

1 1 0
                                    

Hal pertama yang dilihat Arthur begitu ia terbangun dari tidur panjangnya adalah wajah khawatir Anne. Dia tidak lagi mampu menahan air matanya. Emosinya meledak ketika satu-satunya keluarganya yang tersisa akhirnya membuka mata.

"Anne?"

"Bodoh! Kenapa kamu selalu melakukan hal-hal berbahaya?!"

Anne melompat untuk memeluk tubuh Arthur. Dia bisa merasakan betapa khawatirnya Anne dari tubuhnya yang gemetar.

"Maaf," adalah satu-satunya kata yang keluar dari mulut Arthur.

Pertemuannya kembali dengan Anne begitu menyita perhatiannya sampai-sampai Arthur tidak sadar bahwa ada orang lain di tempat itu. Saat dia memutuskan untuk duduk, barulah Arthur menyadari keberadaan orang itu.

"Fre—"

Arthur secara refleks memanggil nama rekannya yang tengah bersandar pada dinding dengan tangan terlipat di depan dada. Tetapi melihat raut wajahnya yang mengerikan, Arthur pun mengurungkan niatnya. Dia tidak tahu apa yang membuat suasana hati Freyya buruk. Tapi dia merasa kalau mengusiknya sekarang bukanlah pilihan yang bijak.

"Berjanjilah padaku untuk tidak pernah melakukan hal-hal berbahaya lagi!" tuntut Anne menangkupkan kedua tangannya di pipi Arthur.

Ini membuat Arthur terpaksa untuk menatap lurus ke mata Anne. Meskipun matanya sembab dan ia masih sesenggukan, Arthur bisa merasakan keseriusan di balik kata-katanya.

Tekanan itu hampir membuat Arthur mengucapkan janji yang mungkin tidak akan dia tepati. Tapi, dia dengan cepat mengalihkan pembicaraan.

"Hal berbahaya apa memangnya yang aku lakukan?" timpal Arthur setengah bercanda.

Dia merasa tidak nyaman dan ingin segera pergi dari situasi ini. Tapi lebih dari itu, dia tidak ingat bagaimana dia bisa sampai di tempat ini sehingga dia sendiri cukup penasaran.

"Jangan pura-pura bodoh! Nona Freyya memberitahuku semuanya, kalau kamu mengamuk di persidangan. Bahkan jika persidangan tidak berjalan sebagaimana yang diharapkan, setidaknya jangan bertindak gegabah! Kalau terjadi apa-apa padamu, aku, aku.... tidak punya siapa-siapa lagi."

Air mata Anne tumpah sekali lagi. Dia meremas baju Arthur saat ia tenggelam dalam tangisan. Namun, seolah tidak memedulikan semua itu, Freyya dengan tega menyuruh Anne untuk pergi meninggalkan mereka berdua.

"Arthur pasti merasa haus. Bagaimana kalau kau mengambilkannya air, Anne?"

Arthur ingin memarahi Freyya, tapi dia merasa bahwa dia tidak berhak melakukannya. Setelah mencoba menenangkan diri, Anne menjawab, "Aku mengerti," sebelum pergi dengan patuh.

Setelah Anne menyibak tirai — yang menjadi satu-satunya pemisah ruangan — dan berjalan menjauh, akhirnya Arthur berbicara.

"Jadi, apa yang sebenarnya terjadi?"

"......Apa kau tidak mengingat apa-apa?"

"Aku ingat dijatuhkan dan ditekan ke lantai saat aku berusaha kabur. Setelah itu ingatanku kabur dan tidak ingat apa-apa lagi."

"Beneran tidak ingat apa-apa?"

"Apa kau meragukanku sekarang? Semua yang kuingat adalah aku berada di ruangan putih dan terasa seperti sedang mengambang. Sekarang setelah aku pikir-pikir, itu adalah pengalaman yang aneh."

".............."

Freyya terdiam. Arthur tidak tahu apa yang dipikirkannya, tapi apapun itu, pastilah sesuatu yang penting sampai membuat Freyya, yang selalu berusaha bertingkah konyol, menjadi seserius ini.

"Aku ingin bertanya padamu. Apa tujuanmu bertarung?"

"Tujuanku bertarung?"

Pertanyaan Freyya begitu tiba-tiba sampai Arthur bingung bagaimana harus menjawabnya. Selama ini dia tidak pernah memikirkan alasan mengapa ia bertarung. Tapi jika disuruh memilih, maka tujuannya bertarung adalah....

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 29 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

TAOSC #3 - Side Character the TreasonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang