"Apakah itu orang yang selalu kau bicarakan?" ujar sosok misterius yang tiba-tiba datang dan duduk di samping Derorit.
Sosok itu mengenakan jubah berwarna mustard dengan pinggiran berwarna jingga di atas pakaiannya. Di belakangnya, dia membawa sabit besar yang tidak cocok dengan tubuh kurusnya.
"Richel, ya? Datang juga rupanya."
"Kebetulan saja. Kebetulan aku baru kembali dari misi dan ada di sekitar sini. Sekalian saja aku mampir."
"Hou~"
Derorit mengembalikan perhatiannya ke depan. Dengan kedua tangan tersilang di depan dada, Derorit menatap layar proyeksi dengan harap-harap cemas.
"Hei, Derorit. Siapa yang lebih kuat di antara kami?"
Derorit melirik ke arah Richel. Dia tidak perlu bertanya untuk mengetahui siapa yang dimaksud dengan "kami" di sini.
"Kalian berdua adalah petualang yang berbakat. Baik dirimu maupun Arthur sama-sama memiliki potensi untuk menjadi petualang papan atas di masa depan," jawab Derorit setelah memikirkan jawabannya dengan hati-hati.
Richel adalah petualang berpangkat Emerald, satu peringkat di bawah Derorit dan satu tingkat di atas Arthur. Pencapaian itu semakin diperkuat dengan status Richel sebagai petualang solo. Meskipun pada hakikatnya Arthur bisa dibilang sebagai petualang solo, karena mengerjakan sebagian besar pekerjaannya sendiri, dia masih terdaftar di serikat petualang sebagai party beranggotakan dua orang.
Dari segi usia, Richel bisa dibilang sepantaran dengan Arthur. Keduanya hanya terpaut beberapa tahun dengan Richel yang lahir lebih dulu. Untuk mencapai level setinggi itu di usianya yang muda bukanlah sesuatu yang dapat dilakukan semua orang. Di atas kertas, Richel lebih unggul dari Arthur. Namun, Derorit tahu betul apabila keduanya bertarung, siapa yang akan keluar sebagai pemenang.
Tidak ingin menyakiti salah satu pihak, Derorit memilih jalan tengah. Namun, harapan Derorit pupus tatkala Richel menyemprotnya.
"Aku tidak butuh jawaban politis. Katakan saja apa adanya!"
Derorit pun dibuat terdiam olehnya. Dia memikirkan kembali bagaimana dia harus menjawab pertanyaan Richel.
"Dari segi kekuatan, Arthur berada di atasmu. Akan tetapi, jika kau bermain mengulur dan berhasil menyeret pertarungan hingga akhir, kau memiliki kemungkinan menang dengan kemampuan lifesteal¹-mu. Pada akhirnya, pemenang tidak dapat ditentukan sebelum diadakan pertandingan yang sesungguhnya."
"Kepanjangan! Jawab dalam satu kalimat. Antara aku dan dia, siapa yang lebih kuat?"
Richel kembali menembak Derorit. Dia tidak membiarkannya lolos dengan mudah. Kali ini, Derorit terdiam cukup lama. Setelah memikirkannya baik-baik, dia memberikan jawabannya dengan berat hati.
"Arthur lah yang lebih kuat."
"Oh."
Richel tidak tampak terkejut. Dia tidak terlihat sedih maupun kecewa. Dia mempercayai penilaian Derorit. Jika dia mengatakan bahwa pria yang berada di layar lebih kuat darinya, pasti begitulah adanya.
Sebaliknya, Richel justru merasa bersemangat ketika mengetahui ada orang kuat di dekatnya. Sebagai seorang petarung sejati, dia ingin menantang Arthur berduel setidaknya sekali seumur hidup. Dia ingin mencicipi kekuatan orang yang mendapat pengakuan Derorit.
Tersenyum, Richel berdoa supaya Arthur tidak mati hari itu juga.
Di ruang persidangan, seorang pria paruh baya dengan toga hitam dan beft putih mengambil tempatnya di kursi hakim. Setelah memeriksa singkat dokumen di mejanya, pria itu mengangkat suaranya.
KAMU SEDANG MEMBACA
TAOSC #3 - Side Character the Treason
FantasyApa yang menimpa Desa Zaggan telah mengingatkan Arthur akan wasiat terakhir kakeknya. Setelah membantu pembangunan desa baru untuk para penyintas, Arthur pergi untuk menyelamatkan teman-temannya. Apakah dia akan menyelamatkan teman-temannya yang dic...