Arthur berkeliling dan membebaskan setiap budak yang ditemuinya. Dia juga memberikan pertolongan pertama pada mereka yang terluka. Sayangnya, mereka semua berada dalam kondisi mental yang tidak jauh berbeda dengan Anne sebelumnya.
Tidak bisa. Aku perlu membawa mereka ke priest untuk menyembuhkan para budak ini.
Priest adalah orang yang berspesialisi dalam sihir cahaya. Meskipun sihir mereka kurang efektif melawan sesama makhluk hidup, kemampuan mereka sangat ampuh melawan mayat hidup.
Selain itu, mereka juga memiliki kemampuan penyembuhan yang unik. Mantra [Heal] yang dikombinasikan dengan sihir cahaya akan memberikan efek pembersihan jiwa, yang dapat menghilangkan rasa takut, mengobati kelainan mental, memberikan dorongan semangat serta keberanian pada seseorang.
Arthur tahu tentang sihir ini tetapi tidak pernah mempelajarinya. Bagaimanapun juga, tak seorang pun di akademi sihir yang mau dan mampu mengajarinya, sehingga dia pun selalu belajar sihir secara otodidak. Dia mengasah sendiri kemampuannya melalui trial & error yang mana memakan waktu berbulan-bulan hanya untuk mempelajari satu sihir.
Untuk sementara waktu, Arthur meminta Freyya untuk mengumpulkan budak-budak yang sudah dibebaskan ke dalam satu ruangan sementara Arthur menyelamatkan lebih banyak budak.
"Aku rasa itu sudah semuanya. Tapi, kita masih belum menemukan Bang Dio maupun yang lain."
Arthur berkacak pinggang dengan satu tangan, sementara tangan satunya masih memegangi walikota yang terus diseretnya kesana-kemari. Namun, tiba-tiba Anne merasa bersalah seraya menunjukkan ekspresi ketakutan.
"Maaf. Kalau saja aku lebih memperhatikan."
"Tidak, tidak. Aku tidak menyalahkanmu."
Arthur menghela napas sedih. Ia merasa pilu menyaksikan Anne yang sudah terbiasa meminta maaf atas segala sesuatu meskipun itu bukan kesalahannya. Itu bukanlah sesuatu yang normal dan merupakan hasil dari proses 'penanaman kesetiaan' yang berulang. Arthur dapat membayangkan apa yang telah dialaminya hingga menjadi pribadi seperti ini.
Menarik pria yang dibawanya, Arthur bertanya pada Tuan Wendell.
"Hei, brengsek. Apa kau pernah memiliki budak bernama Dio?"
"Hah?! Mana mungkin aku ingat nama makhluk yang lebih rendah dari hewan ternak."
Arthur yang kesal kemudian mencekik leher pria sombong itu. Bola mata Tuan Wendell hampir melompat keluar dari tempatnya gara-gara kehabisan napas.
"Aku ganti pertanyaanku. Apa kau pernah memiliki budak dengan ciri-ciri berbadan tinggi, rambut klimis, wajah ramah, berwibawa, sopan, serta baik hati?"
Setelah terbatuk-batuk, Tuan Wendell menjawab.
"Sudah kubilang, aku tidak ingat dengan makhluk yang lebih rendah dari—"
Arthur kembali meraih leher Tuan Wendell yang membuat orangnya langsung memekik meminta maaf.
"Aku benar-benar tidak tahu!" teriaknya putus asa.
Menilai tidak ada kebohongan dalam kata-katanya, Arthur menyerah bertanya lebih lanjut.
"Baiklah."
Tapi saat Tuan Wendell baru saja menghela napas lega, dia dibuat terkejut dengan pertanyaan berikutnya.
"Aku sudah mencari ke seluruh sudut rumah dan sepertinya tidak ada lagi budak yang berkeliaran. Adakah tempat lain yang belum kita datangi dimana kau menyembunyikan mereka?"
Tuan Wendell menegang dan tidak menjawab. Bola matanya perlahan bergerak menjauhi tatapan Arthur. Tahu kalau dia menyembunyikan sesuatu, Arthur menempelkan tangannya ke samping kepala Tuan Wendell.
KAMU SEDANG MEMBACA
TAOSC #3 - Side Character the Treason
FantasiApa yang menimpa Desa Zaggan telah mengingatkan Arthur akan wasiat terakhir kakeknya. Setelah membantu pembangunan desa baru untuk para penyintas, Arthur pergi untuk menyelamatkan teman-temannya. Apakah dia akan menyelamatkan teman-temannya yang dic...