Waypoint 34. The World Againts Him

1 1 0
                                    

Di luar gedung pengadilan, seraya menatap layar dengan gelisah, Derorit berkata, "Ayolah, Dean. Lakukan sesuatu! Aku tahu ini adalah tugas pertama yang diberikan ayahmu. Tapi kalau terus begini, kepala Arthur yang akan melayang."

Sementara Derorit mengkhawatirkan situasi di ruang sidang, pengacara yang diharapkan Derorit maupun mereka yang mendukung Arthur justru terlihat kelabakan. Dia membolak-balik kertas di tangannya, berharap bisa menemukan sesuatu yang bisa digunakannya untuk membalikkan keadaan. Dia memang melakukan investigasi mengenai kasus maupun latar belakang Arthur. Kendati demikian, tidak ada satu pun yang berguna.

Situasi saat ini terlihat buruk bagi Arthur, sangat buruk. Dia tidak memiliki bukti maupun saksi yang dapat membuktikan ketidakbersalahannya. Kalaupun dia meminta agar pengadilan ditangguhkan sementara supaya dia bisa mengumpulkan barang bukti, Arthur ragu kalau permintaannya akan dikabulkan. Kalaupun dikabulkan, pasti akan ada intervensi dari pihak lain seperti yang sudah-sudah.

Seolah belum puas dengan semua keunggulan yang didapatnya, Ian menaburkan lebih banyak garam pada luka Arthur.

"Mohon izin, Yang Mulia."

"Silakan."

"Mungkin Yang Mulia telah menyadarinya, tetapi ada periode kosong sejak terdakwa membunuh Wali Kota Gorddien hingga ditangkapnya terdakwa. Setelah melakukan investigasi menyeluruh, kami berhasil menemukan di mana ia bersembunyi selama ini. Juga, kami berhasil menghadirkan saksi yang mengetahui dan melakukan kontak langsung dengan terdakwa selama periode tersebut. Dengan segala hormat Yang Mulia, saya meminta izin untuk memperdengarkan kesaksiannya."

Setelah memperoleh izin dari hakim, seseorang naik ke atas podium.

"Selamat pagi, Yang Mulia."

Arthur, yang semula tidak peduli siapa gerangan orang itu, perlahan mengangkat wajahnya setelah mendengar suara yang akrab. Dugaannya terbukti benar setelah melihat wajah orang yang akan memberikan kesaksian.

"Pertama-tama, bisakah Saudari memperkenalkan diri Anda terlebih dahulu?"

"Mohon izin, Yang Mulia. Nama saya adalah Charlotte Lax Elliot. Saya adalah pemangku jabatan Kota Toraus*."

Setelah memperkenalkan diri, Nona Charlotte — yang baru saja diperkenalkan ke muka pengadilan dalam kasus ini — diambil sumpahnya untuk kesaksian yang akan diberikannya.

"Baik. Lantas apa hubungan Saudari Saksi dengan terdakwa?"

Melirik sekilas ke orang yang sedari tadi melongo ke arahnya, Nona Charlotte membuka rahasia yang tidak seharusnya diungkap ke publik.

"Saya adalah pemilik sah dari terdakwa, atau setidaknya begitulah dulunya."

Mereka yang langsung paham dengan maksud perkataan Nona Charlotte mengeluarkan suara secara serempak. Orang-orang itu berdoa dalam hati, berharap agar Nona Charlotte tidak benar-benar mengangkat topik ini ke pengadilan. Namun, mana mungkin doa orang-orang berdosa seperti mereka akan dikabulkan.

"Maksud Saudari?" tanya hakim.

Setelah menghela napas panjang, Nona Charlotte membuka matanya dan menjawab, "Terdakwa adalah mantan budak saya."

"!!!!!!!!"

Baik mereka yang hadir di ruang sidang maupun yang menonton di luar sama-sama dibuat terkejut oleh pernyataan Nona Charlotte. Tidak pernah terpikir di benak orang-orang bahwa akan ada budak yang dituntut di pengadilan.

Selama ini, budak tidak pernah tampil secara resmi di muka umum, mengingat hukum kerajaan dengan jelas melarangnya. Seseorang akan segera dihukum apabila ketahuan terlibat dalam praktik jual beli manusia. Kalaupun ada budak yang bermasalah, mereka akan langsung disingkirkan tanpa perlu repot-repot membawa mereka ke ranah hukum.

TAOSC #3 - Side Character the TreasonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang