5. Kita, Hanya Kisah Singkat

142 32 0
                                    

Apa yang telah tersusun bisa jadi tak bisa terwujud

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Apa yang telah tersusun bisa jadi tak bisa terwujud. Tersebab itu bukan takdirmu. Apapun yang telah ditulis Tuhan untukmu, tidak akan salah tuju.

__________

Jika dihitung, kejadian di Sungai Elbe sudah enam tahun. Tapi sampai saat ini hatinya masih terusik tentang ingatan itu. Sesak di dadanya tidak pernah pudar, kepergian Alma dari hidupnya dengan segala teka-teki membuat dia selalu merasa bersalah telah mengungkap perasaan.

Kenapa Alma seakan takut menikah?

Apa Alma hanya takut menikah denganku, Ya Allah?

Apa Alma meragukanku?

Afnan menggeram. Berjuta pertanyaan selalu pecah di kepalanya ketika Alma hadir di pikiran. Memilih Alma memang bukan berarti terpilih juga dengannya. Afnan tidak tahu ada rencana apa di balik ini. Semua rancangan indah membangun bahtera sakinah dengan Alma, kian hari kian pesimis. Tapi dia hanya ingin jujur daripada setiap hari terusik. Nyatanya, pilihan mengungkapkan perasaan jauh membuat Alma terusik. Bahkan sampai memutuskan hilang darinya.

~~~~~~~~~~

Pria berdarah campuran Jawa-Inggris itu menyudahi dzikir paginya. Bangkit, melipat sajadah lalu duduk di kursi belajar. Laptopnya terus aktif sejak malam tanpa pernah meninggalkan laman email. Barangkali ada balasan dari seseorang.

From : ibrahimafnan.mail.com

To : almaydshafiza.mail.com

Assalamualaikum, Alma ...

Kalau ada satu kata yang bisa Kakak ibaratkan tentang kamu, kata itu adalah labirin. Semenjak Kakak ungkap niat Kakak, kamu semakin mirip labirin, Al. Segala pertanyaan tentang kamu buat Kakak seakan tersesat di labirin. Kakak nggak pernah paham lagi tentang kamu. Apa kemauan kamu, kenapa kamu menjauh bahkan menghilang dari hidup Kakak. Kalau Kakak salah, Kakak mohon kamu jujur apa kesalahan Kakak? Apa itu sangat menyakiti kamu? Kakak minta maaf.

Alma, balas email ini. Kakak mohon, Kakak nggak mau terus-terusan suudzon.

Kakak tunggu!

Helaan nafasnya terdengar pilu. Tak ada balasan. Matanya terpejam, dia sedang menikmati alunan hatinya yang tersayat karena ketidak pahaman atas satu hal. Wanita. Apa memang seperti itu cara kerja meninggalkan? Harus menghadiahkan sakit hati dulu dengan menanam banyak tanya yang ambigu.

"Astaghfirullahal'adzim ... astaghfirullahal'adzim ... Laa hawla wa laa quwwata illa billah ..." rapalnya berulang-ulang. Hanya dengan itu dia kembali mereda. Afnan tidak ingin rasa sesaknya mendominasi hingga menggeser tahta sejati kepada siapa seharusnya melabuhkan hati.

Hari itu Afnan akan kembali ke Indonesia. Tas dan koper sudah siap di dekat pintu. Bahkan kamar asramanya sudah rapi. Hanya tersisa tanaman arbei di jendela. Tidak, Afnan tidak akan membawa tanaman arbei itu. Dia akan menghadiahkannya pada seseorang.

Tapi ....

Sekali lagi Afnan mengetuk pintu bertuliskan Robbishrohli shodri wa yassirlii amri. Tak ada jawaban. Berkali-kali ia uluk salam, namun nihil. Sambil menatap tanaman arbei yang ia bawa, dia berdecih.

"Dia benar-benar tepatin ucapannya, bahkan di hari gue pulang, dia nggak ada.Gue kebanyakan ngarep diantar ke bandara sama dia. Bodoh!" rutuknya pada diri sendiri.

Detik berlalu menuju keberangkatannya. Tapi Afnan masih setia bersandar di balkon Wohnheim. Sesekali memainkan daun arbei, sesekali pula matanya melirik ke arah tangga. Barangkali Alma datang.

Lama-lama Afnan bosan. Banyak suara langkah menaiki tangga, tapi yang muncul bukan seorang Almayunda. Jengah, ditambah waktu take off yang sebentar lagi. Dia tidak ingin menghanguskan biaya demi menunggu hal-hal tak pasti. Afnan memilih menaruh pot itu di depan pintu kamar Alma. Meninggalkan secarik surat yang tak tahu akan dibaca atau tidak. Bukan hal macam-macam yang ia tulis dalam surat itu, hanya ucapan selamat tinggal dan terimakasih. Afnan tidak ingin memaksa Alma lagi. Jika nanti waktunya tiba, jika Allah memberi restu-Nya untuk mereka bersatu, maka kerisauan itu akan pulih berangsur-angsur.

Berat kakinya meninggalkan Hamburg. Terlalu banyak kenangan dan perjuangan di dalamnya. Dan Alma, gadis manis itu akan menjadi kisah kenangan sekaligus perjuangan bagi Afnan. Namun Afnan harus menata masa depan di negeri sendiri. Termasuk cita-cita untuk membahagiakan mama dan adiknya yang setia menunggu kepulangannya.

~~~~~~~~~~

From : ibrahimafnan.mail.com

To : almaydshafiza.mail.com

Assalamualaikum, Alma ...

Enam tahun, Al. Bayangkan. Kakak masih setia untuk tunggu kabar baik kamu. Kamu berhasil buat Kakak paham rasanya menunggu dengan banyak asumsi. Berat, Alma. Apa kamu juga rasain? Apa cuma Kakak aja yang tunggu kamu? Lucu, ya?

Kakak nggak tau lagi harus cari kamu kemana. Kamu tiba-tiba hilang seolah nggak mau diketahui dunia. Ulah kamu ini buat Kakak semakin gelisah, Alma! Tolong balas email ini, Kakak cuma mau tau kabar kamu!

Afnan menghentakkan punggungnya pada sandaran kursi, memijat pelipis sebab lama-lama pusing dengan segala hal menyangkut Alma. Tapi ia tidak mengerti mengapa masih sering membuka email-email itu.

Sampai saat ini tiap kali ia membaca email itu, rasa lelah selalu muncul. Lelah menanti, lelah mencari, lelah berpikir. Semakin bertambah waktu, Afnan semakin bertanya, apakah Alma memang yang terbaik? Tapi kenapa rasanya sulit sekali untuk mendapatkan hati gadis itu? Afnan semakin ragu. Terlebih ketika Alma pergi menjauh dan mungkin takkan bisa ia temui lagi.

Iya, Alma hilang. Tanpa Afnan tahu dimana keberadaannya. Tanpa Afnan tahu jejak perginya. Bahkan ketika dua tahun lalu Afnan kembali menapaki Hamburg, berniat menyusun kembali impian dan kenangan bersama Alma. Gadis itu telah menghilang bahkan sebelum sempat mengungkap jawaban yang ingin Afnan dengar.

Alma telah pergi. Entah kemana lagi Afnan bisa mencari. Meninggalkan jejak-jejak kenangan setiap kali hujan merambat turun satu demi satu. Tentang banyak cerita berkesan di hati Afnan, namun Afnan tidak tahu apakah berkesan juga di hati Alma.

Kehadiran Alma seakan hanya cerita singkat. Seolah Alma meminta dirinya sendiri sekadar angin sejuk yang berlalu di hidup Afnan, sempat merasakan hadirnya tanpa bisa memilikinya.

____________________

Alma kemana? Dicariin Afnan.

HAI GUYS, JANGAN LUPA BACA QURAN!

Kalam Cinta Dua SurgaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang