12. Bagaimana Jika Mendua?

155 29 7
                                    

Saya ingin dicukupkan dengan satu perempuan sebagai pendamping hidup saya di dunia dan di surga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Saya ingin dicukupkan dengan satu perempuan sebagai pendamping hidup saya di dunia dan di surga.

-Ibrahim Afnan-

____________________

Sewajarnya orang yang akan melakukan temu dengan keluarga calon, ketepatan waktu adalah hal yang mestinya dinilai paling pertama. Tidak mungkin pria itu mangkir lagi dari jadwal pertemuan kedua dengan alasan yang kian hari kian menunjukkan kehidupannya yang super padat.

Maaf, di kantor lagi banyak agenda, belum bisa ketemu langsung.

Maaf, saya ada seminar di universitas.

Maaf, saya mendadak ada conference sama partner di Singapura.

Maaf, hari ini ada kunjungan peserta magang.

"Maaf hari ini meeting-nya kelamaan, pada akhirnya pertemuan kedua keluarga dibatalkan untuk kesekian kalinya, tamat," ujar Sean sengaja dibuat-dibuat.

"Lagian lo pakai acara nggak jujur kalau lo CEO! Tukang anter barang apaan coba yang sampai punya agenda meeting di Singapura? Barang haram? Alasan-alasan lo yang kayak gitu bisa dikatakan mangkir sama pihak calon." Dewa menambahkan.

Kepala Afnan semakin berdenyut mendengar dua orang itu membebel sedari di ruang meeting. Langkah Afnan lebar-lebar tidak mempedulikan Sean dan Dewa. Berharap cemas pertemuan yang akhirnya dilakukan lewat Zoom meeting itu belum dihadiri oleh orangtuanya Salma maupun Ustadz Bahri dan Biya.

"Brother, meeting ini juga masa depan lo!" Dewa berteriak sebelum akhirnya masuk dalam ruangannya.

"Jaga wibawa, Brother!" Sean ikut-ikutan.

Langkah Afnan terhenti, menimbang-nimbang perkataan Dewa. Juru filosofi itu ada benarnya juga. Jika ia selalu mengutamakan meeting dengan pihak partner karena alasan project yang harus di-goal kan. Mengapa dengan masa depannya sendiri seakan ia tak memprioritaskan? Alasan-alasan yang Afnan berikan untuk pertemuan kedua bisa jadi dianggap tidak valid meskipun semuanya fakta. Terkesan main-main dengan proses ta'aruf padahal itu bagian dari perjuangan mewujudkan target besarnya tahun ini.

Sekilas Afnan melihat jam tangannya, masih ada lima menit, pikirnya. Kemudian sedikit berlari menuju ruangan Dewa.

"Wa, gue butuh konsultasi," katanya sambil mengatur nafas.

Alis Dewa naik satu, kemudian dia membereskan sisa satu dokumen yang perlu ditanda tangani sebelum akhirnya menatap Afnan sungguh-sungguh. Mau tidak peduli pun, Dewa terlalu kasihan pada si sad boy.

"Lo mau konsultasi apa lagi? Waktu lo udah mepet!"

"Apa ... apa yang biasanya orangtua tanyain waktu ta'aruf?" tanya Afnan gugup.

Kalam Cinta Dua SurgaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang