Maaf kalau Salma tanya ini, tapi ini pertanyaan yang memang harus ditanyakan saat ta'aruf ... penghasilan utama Mas dari mana?
Biasa aja, santai... memang perlu kok ... saya tukang anter barang, lumayan lah kalau untuk biaya sehari-hari.
Salma mendesis melihat informasi yang sudah ia baca berulang-ulang di layar laptopnya.
"Ini sih ekspedisi yang sering aku pake! Dia emang seneng down to earth kah? Kenapa coba nggak jujur aja kalau dia itu CEO GrowBag? Bukan lumayan lagi, tapi dia juga bisa beli gedung baru plus saham-sahamnya!"
Kembali, ia mengambil CV ta'aruf yang sudah terdapat banyak kotretan pertanyaan.
Mungkin banyak perempuan yang deket sama Mas Afnan atau kirim CV juga ke Mas Afnan, kenapa Mas Afnan pilih ta'aruf sama Salma?
Waktu yang pas itu selalu ada, Sal. Ada waktu, ada orang. Niat saya ta'aruf ya ... biar saya ketemu sama yang betul-betul serius, dan waktu nya memang ada di kamu ....
Jawaban-jawaban Afnan atas pertanyaan itu telah membuktikan keseriusan Afnan untuk mencari yang sevisi misi. Salma perhatikan foto pria dalam CV yang ia pegang. Fotonya sederhana. Bukan pria yang memakai jas ataupun kemeja, hanya seorang pria yang memakai sweater hingga nampak seperti pria baru berumur dua puluh. Salma pun pertama kali melihat foto Afnan mengira pria itu umurnya lebih muda, tapi ketika melihat tahun lahirnya siapa sangka Afnan hampir memasuki 30 an. Foto itu beda jauh dengan yang ada di internet, seorang pria berdiri gagah tersenyum lebar ke arah kamera dengan tampilan semi formal ala bos-bos startup
"Tapi lukamu ternyata banyak, Mas ..." ucap Salma dengan senyum getir.
"Yaa Bunayya?"
Salma memutar kursi, senyumnya terbit melihat laki-laki yang ia sebut Abi menghampirinya.
"Na'am Abuya?" jawabnya dengan panggilan yang biasa mereka lontarkan satu sama lain.
Abi mengelus puncak kepala Salma. "Udah sholat Isya?" tanyanya lembut.
"Siap sudah, Bos!"
"Alhamdulillah ..." kata Abi. "Sudah makan?" tanyanya lagi.
"Makan juga beres, Bos. Soto ayam buatan Umi," Salma mendekatkan diri pada telinga Abi. "nambah satu mangkok!" katanya dengan malu-malu.
Abi tertawa. "Waduh! Pantesan tadi Abi mau makan kok habis?"
"Iiih Abi! Satu mangkok doang nggak sampe habis!" Bibir Salma mengerucut, merajuk.
Kali ini Abi mendekatkan diri pada telinga Salma. Mereka bertingkah seperti agen yang punya misi rahasia.
"Ternyata yang ngabisin itu Umi," bisik Abi kemudian keduanya tertawa. "Sst ... nanti Umi kamu denger, nggak fokus lagi ngajinya gara-gara mikirin soto ayam."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kalam Cinta Dua Surga
SpiritualitéYang namanya terlalu dalam jatuh cinta, harus siap menanggung resiko besar. Ditinggal pergi tanpa permisi, misalnya. Ibrahim Afnan pernah begitu dalam jatuh cinta pada seseorang, cinta pertamanya. Namun cinta pertama yang tumbuh, harus musnah oleh l...