19. Haruskah Menyerah Lagi?

118 24 12
                                    

Alis Ishel bertaut melihat Bos-nya yang baru saja datang, berjalan macam tak ada gairah untuk memulai kehidupan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Alis Ishel bertaut melihat Bos-nya yang baru saja datang, berjalan macam tak ada gairah untuk memulai kehidupan.

"Belum sarapan, Bos?" tanyanya baik-baik.

Afnan sama sekali tak mengubah ekspresinya, datar, sendu, gundah. "Gak berselera," jawabnya.

"Ada masalah, Bos?"

"Ada atau nggak ada masalah, emangnya masalah buat kamu?" kilah Afnan membalikkan pertanyaan.

Ishel mengatupkan mulutnya, yang bisa ia lakukan hanya mengomel dalam hati.

"Saya ada an schedule agenda nggak hari ini, Shel?" tanya Afnan sambil mengecek outlook di komputer sekretarisnya.

"Nggak ada Pak, tapi ada file yang harus di accurate, udah Ishel print out, ada di ruangan Bapak, nanti Ishel ambil-"

"Nggak usah, saya aja," ujar Afnan cepat.

Lagi-lagi Ishel menutup mulutnya dengan tertib. Wanita itu membetulkan kacamatanya seraya memperhatikan dengan tragis Afnan yang berjalan menuju ruangan.

"Kenapa lagi dia?" tanya Sean tiba-tiba menyerbu meja Ishel diikuti Dewa.

Ishel mengendikkan bahu. "Tau atau nggak tau, emangnya masalah buat kamu?" jawab Ishel menirukan Afnan.

Pintu ruangan Afnan terbuka lagi, keluarlah Afnan membawa dokumen yang Ishel maksud. Pria itu sengaja menatap Sean dan Dewa sebelum akhirnya dia menaruh dokumen dan kembali begitu saja tanpa ekspresi, tanpa suara.

Afnan hendak memasang tulisan don't disturb di pintu seperti biasa, namun dua pria hiperaktif itu langsung mencegahnya.

"Et ... et ... lo menuju halal jangan galau galau lo! Lagipun ini hari nggak hujan!" kata Dewa.

Tanpa bisa Afnan cegah, dia pasrah manakala dua perusuh itu langsung menerobos masuk ruangannya dan duduk dengan santai. Tak ambil peduli lebih, Afnan membiarkan mereka. Dia merebahkan diri di sofa seraya memainkan ponsel.

"Scroll sampe ujung!" cetus Sean. "Lo lagi nyari jodoh di birjo online? Galau bet tuh muka!" sindirnya benar-benar pedas.

"Kudu ganti headline berita jadi gini," Sean berdeham, "masih ingat CEO GrowBag? Memiliki hobi aneh ketika galau, klik untuk lihat kondisinya sekarang."

Sampai sakit perut Sean dan Dewa menertawakan nasib Bos mereka, lupa akibat dari lelucon itu membuat mereka bisa saja kehilangan THR.

"Ibarat bunga, muka lo hari ini udah kayak ..." Dewa mencari perumpaan yang tepat, "gedebog pisang yang tergeletak tak berdaya, sampai menguning, membusuk, dan sia-sia tanpa dimanfaatkan," lanjutnya semakin membuat Sean sakit perut.

"Itu bukan bunga, aneh! Tapi umbi-umbian!"

Jelas tidak ada yang beres dari dua kawannya itu. Afnan memejamkan matanya beberapa kali, merasa miris.

Kalam Cinta Dua SurgaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang