Tak peduli berapa banyak waktu yang harus aku lalui, aku selalu menunggumu kembali.
____________________
"Kalina!"
Panggilan itu membuat Bu Kalina urung menutup pintu. Dari luar pagar, dua orang wanita berdiri membuatnya tercenung.
"Siapa Ma?" tanya Salma. Ia mengikuti arah pandang Bu Kalina. Salma merasakan tangannya digenggam erat. "Kalau Mama nggak mau ketemu sama mereka, nggak apa-apa, nanti Sal yang bilang."
"Nggak Sal," jawab Bu Kalina dengan senyum. "Kasian mereka udah datang ke sini malam-malam, tapi Sal temenin Mama ya?" pintanya.
Walau ragu, Salma akhirnya mengangguk. Salma membuka pagar rumah, mempersilahkan mereka masuk menemui Mamanya. Tak ada yang membuka percakapan di menit-menit awal, bahkan sampai Salma kembali membawa minuman. Tetap canggung.
"Ini istrinya Afnan," kata Bu Kalina memperkenalkan Salma pada Sara.
Salma bingung harus menyebut Sara dengan apa, pasalnya wanita itu istri dari Andreas Wylie. Berarti ibunya Afnan juga. Meskipun Salma yakin, Afnan takkan mengakui.
"Cantik," puji Sara. Tangannya terulur mengajak salaman. "Saya Sara, maaf waktu itu kami nggak datang ke pernikahan kalian, saya dan Farah lagi di Batam."
Sara merasakan kehangatan, ia kira hanya berjabat tangan. Tapi Salma malah mencium tangannya bak dia begitu dihormati sebagai orangtua.
"Saya Salma— Tante ...." Akhirnya Salma memutuskan untuk memanggil itu. "Pak Wylie datang, udah lebih dari cukup kok. Farah juga waktu itu sempet ke kantornya Mas Af, kita banyak ngobrol disana," ujar Salma seraya melempar senyum pada Farah.
"Akhlaknya juga cantik, dia perempuan terhormat," kata Bu Kalina entah bermaksud menyindir Sara atau bukan, tapi mampu membuat wanita itu canggung tak berkutik. "Ada perlu apa ya? Tumben. Terakhir kamu datang kan, menampar anak saya?"
Telak! Sara benar-benar tertunduk. Tangannya saling bertaut menekan setiap jari.
"Kalau kedatangan kamu kesini untuk menyakiti anak saya lagi, maaf ... dia sedang di luar negeri," lanjut Bu Kalina.
"Nggak ... saya dan Farah datang kesini—" Sara tiba-tiba memegang tangan Bu Kalina nampak sangat memohon. Meskipun Bu Kalina mencoba menepis, namun Sara segera ambil kembali. "Tolong bantu kami, kali ini kami benar-benar buntu mau cari bantuan ke siapa lagi, kami—"
"Tentang Andreas yang kanker otak dan kalian mau minta saya bujuk Afnan untuk merge perusahaannya?" terka Bu Kalina mulai ada emosi. Salma segera merapatkan duduk padanya, mencoba menumbuhkan ketenangan.
"Bukan ... ignore that, kami pasrah tentang nasib perusahaan Andreas Wylie, yang kami butuhkan sekarang adalah kesehatan dia." Sara menghembuskan nafas berat. "Kami mau menjual rumah dan seluruh aset untuk pengobatannya, kalau kamu bersedia, tolong kamu saja yang membeli," jujurnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kalam Cinta Dua Surga
SpiritualYang namanya terlalu dalam jatuh cinta, harus siap menanggung resiko besar. Ditinggal pergi tanpa permisi, misalnya. Ibrahim Afnan pernah begitu dalam jatuh cinta pada seseorang, cinta pertamanya. Namun cinta pertama yang tumbuh, harus musnah oleh l...