46. Pemeran Lain

324 26 16
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

ALHAMDULILLAH BISA UPDATE
NUNGGUIN YAAAA

Jika aku bukan satu-satunya, maka jadikan aku salah satu yang tetap ada dalam doa panjangmu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jika aku bukan satu-satunya, maka jadikan aku salah satu yang tetap ada dalam doa panjangmu.
____________________

 
Bukan Salma yang tidak mengenali suaminya, namun pria itu seakan berubah kepribadian semenjak kepulangannya dari Singapura. Lamat-lamat Salma perhatikan siklus keseharian suaminya akhir-akhir ini, dan yang dapat Salma simpulkan adalah Afnan lebih banyak merenung dibanding menemuinya.

Dari cermin yang memantulkan dirinya memakai kerudung, dapat Salma lihat suaminya berdiri di ambang pintu. Menatap sendu tanpa ada hasrat memberi salam atau mencium kening lepas lelah bekerja.

“Mas ... are you okay?" tegur Salma. Afnan masih tak menjawab. "Mas? Mas nggak enak badan?"

"Mas?"

“Astaghfirullah ...." Afnan menunduk dalam. Tangannya mengurut kening.

“Mas pulang cepat, Mas gak enak badan?" Salma segera menggiring Afnan agar duduk di tepian kasur. Ia tempelkan punggung tangan di kening suaminya. "Normal."

“Mas nggak sakit, Sal ...."

“Ada yang Mas mau sampaikan? Mas ...." Cukup ragu Sal ucap, ia gigit bibit bawahnya. "Sal perhatikan akhir-akhir ini Mas berjarak dari Sal, ada yang salah sama Sal? Kalau Sal ada salah—“

"Sayang mau kemana? Kenapa udah rapi sekali?"

Bibir Salma terlipat, keningnya semakin berkerut. "Sal belum selesai ngomong."

"Mas mau tau Sal mau pergi kemana?"

Kesimpulan lebih jauh, Salma mendapati suaminya menjadi super protektif.

"Tadinya Sal mau kasih kejutan, bawa makan siang ke kantor Mas, tapi ternyata suami Sal pulang lebih cepat. Alhamdulillah kan? Kita bisa makan bareng di rumah."

Mendengar itu Afnan rasa hatinya teraliri embun. “Maafin Mas, akhir-akhir ini terlalu sibuk, sampai Mas sering diamkan Sal."

“Mas ... dalam pernikahan, yang paling Salma takutkan adalah kurangnya komunikasi."

“Mas akan perbaiki."

"Tapi sekalinya perempuan menemukan ketidak jujuran dari komunikasi, hatinya akan retak. Walaupun diperbaiki."

"Maksud Sal?"

Salma tersenyum kecil, ia menggeleng beberapa kali. "Nggak ... Sal cuma ingetin Mas aja barangkali Mas lupa." Ia menarik Afnan untuk bangkit. "Mas, karena makanannya udah Sal masukin ke kotak, Sal mau makan gak di rumah.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 02, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kalam Cinta Dua SurgaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang