From : ibrahimafnan.mail.com
To : almaydshafiza.mail.com
Assalamualaikum, Alma ...
Lama nggak baca cerita-cerita kamu dan Kakak nggak tahu gimana kondisi kamu di sana. Alma, are you okay? I really miss Hamburg and spend out with you. Rencana ke Hamburg waktu tanggal merah panjang harus Kakak skip dulu untuk buktikan bahwa Kakak mampu bangun perusahaan sendiri tanpa campur tangan Andreas. Everyone has same chance to success but the way are different. Ya, Kakak akan wujudkan sukses versi Kakak. Tapi, rasanya Kakak masih susah buat nggak selipkan pembuktian atas kemampuan Kakak ke dia. Apa itu termasuk dendam ya?
Alma, thankyou for being good advicer for me. Di rumah, Kakak masih tanam arbei untuk challenge keistiqomahan Kakak. Atas inovasi kamu, mungkin kalau kamu pulang nanti, Kakak akan langsung rekrut kamu jadi plan manager :)
Bis bald, Alma!
Semakin bertambah menit, semakin deras Jakarta di guyur hujan. Bak tak terusik, pria itu masih betah membaca kenangan. Mungkin ini hiburan untuknya. Apakah atmosfer hujan begitu kuat menarik sesuatu bernama kenangan? Seperti magnet dan ia adalah logamnya. Dia tertawa geli membaca email sebelumnya, namun untuk email ini ia hanya tersenyum kecut. Sambil mengedarkan pandangan di ruangannya yang terancang apik, dia kembali nostalgia. Atas semua yang telah terjadi, tentang kerja kerasnya membangun bisnis startup ini murni tanpa campur tangan orang yang disebut Ayah. Juga teringat seseorang yang telah menjadi salah satu alasan besarnya untuk tetap bertahan. Seseorang yang inginnya menjadi pendamping. Tapi, rasanya sekarang tidak mungkin.
~~~~~~~~~~
Di masa apa perjalanan pendidikan terasa sangat menyenangkan? Banyak orang bilang semasa putih abu. Tapi bagi Afnan, perjalanan pendidikan paling menyenangkan ada pada strata satu. Sebabnya, karena dia banyak lalui waktu bersama Almayunda. Meski waktu terasa cepat dan ia terkesan terlambat.
Kehadiran Alma membuat Hamburg terasa lebih lapang. Afnan merasa ada teman berbagi yang sefrekuensi. Meski banyak teman-teman satu darah Indonesia, tapi Afnan juga manusia yang inginnya berbagi kisah pada orang yang sangat dipercaya. Dan Afnan merasa Alma yang plegmatis adalah padanan tepat untuk teman bincangnya.
Terkadang Alma seperti reminder berjalan. Afnan merasa selalu diingatkan hal-hal baik dari Alma meski tanpa ucap. Lima waktu tak terlambat, tilawah Quran, puasa sunnah, rutin dhuha, bertutur baik dan tidak mendominasi dalam kelompok. Alma adalah orang yang produktif. Sangat produktif. Dia tidak bisa membiarkan ada waktu tak bermanfaat barang sedikit. Kadang Afnan malu sendiri jika merasa satu hari stagnan.
Biasanya, setiap Jumat mereka mengikuti diskusi dengan mahasiswa muslim lain di Islamische Zentrum. Afnan sudah bergabung sejak awal dia berkuliah di Hamburg. Di negara minoritas muslim, menemukan teman-teman yang mampu diajak sama-sama belajar keagamaan adalah caranya recharge iman. Dulu hanya sekali dalam seminggu ia merasa ada di taman surga, tapi sejak ada Alma ia merasa setiap hari dekat dengan surga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kalam Cinta Dua Surga
SpiritualYang namanya terlalu dalam jatuh cinta, harus siap menanggung resiko besar. Ditinggal pergi tanpa permisi, misalnya. Ibrahim Afnan pernah begitu dalam jatuh cinta pada seseorang, cinta pertamanya. Namun cinta pertama yang tumbuh, harus musnah oleh l...