"Selamat datang di seperempat kehidupan Mas, Zawjiy!" ucap Afnan begitu membuka pintu apartemennya.
Yang pertama kali keluar dari bibir Salma adalah rapalan Masya Allah banyak-banyak. Afnan membiarkan kemana langkah istrinya ingin tuju, menjelajah setiap sudut apartemennya yang luas.
"Beneran selama ini Mas tinggal sendiri?" tanya Salma membuat Afnan menganga.
"Siapa lagi yang tinggal sama Mas? Mama sama Rere di rumah, nggak mungkin kan tinggal sama Sean dan Dewa?" ujar Afnan membuat Salma terkekeh malu. Afnan menggamit istrinya, membimbing ke bagian yang menjadi favoritnya dari apartemen itu. "Kamu siap buat liat pemandangan yang kemarin Mas ceritain?"
Anggukkan Salma begitu lucu seperti anak kecil perempuan yang ditawari hadiah Barbie. Ketika Afnan membuka pintu sebuah ruangan, bukan main Salma terkesima. Di tempatnya berdiri, Salma dapat melihat kamar tidur yang langsung berhadapan dengan pemandangan gedung-gedung Sudirman. Seketika Salma membayangkan suasana malam hari yang sangat romantis tak kalah dengan fasilitas hotel. Dapat Salma hirup aroma Afnan di setiap sudut kamar itu, classy, manly, calm, semuanya Salma suka.
"Kamu orang ketiga yang datang ke tempat Mas selain Mama dan Rere, sekalipun Dewa dan Sean sahabat Mas, tapi kalau kumpul lebih sering di rumah Mama, Mas lebih nyaman private," jelas Afnan seraya merangkul Salma. "Karena sekarang udah ada kamu, Mas nggak sabar mau hadirkan surga disini, menghidupkan sepertiga malam sama kamu, nyium aroma masakan kamu, denger suara tilawah kamu, Mas juga nggak sabar buat dekorasi ulang sesuai kemauan kamu."
Tidak mungkin jika Salma tidak terharu, perempuan itu langsung memeluk Afnan, mencium aroma yang sama di tubuh Afnan. "Kali ini Sal yang nggak bisa berhenti bilang makasih sama Mas, ini terlalu spesial buat Salma."
Afnan tertawa. "Nggak ada salahnya sesuatu yang spesial dikasih ke orang yang spesial, kan?"
"Jadi," mata Salma menyipit mengedar ke seluruh ruangan, "apa yang bisa Salma tambahin disini biar Mas betah?"
"Hm ...." Afnan berpikir sejenak, kemudian bibirnya terlengkung. "Sebenernya tanpa perlu ditambahin pun udah cukup, karena Mas udah bawa tambahannya yang bikin Mas betah," kata Afnan.
"Tambahan?"
Afnan merendahkan dirinya agar sejajar dengan Salma, menatap dalam-dalam istrinya yang terpaku dengan matanya, kemudian menjawil dagu Salma. "Kamu."
"Mas!" Salma memukul dada Afnan membuat pria itu tertawa lebih keras. "Seneng banget liat Salma kayak ikan nemo!"
"Ikan nemo—" Afnan tidak habis pikir dengan Salma. "Seneng lah! Siapa coba yang nggak seneng liat kamu nahan grogi gitu?"
"Cuma Mas! Lainnya nggak ada, karena emang cuma Mas yang hobinya bikin Sal grogi!" sungut Salma.
Afnan menepuk-nepuk pipi Salma yang memerah kemudian dengan santainya kembali ke luar mengambil barang-barang Salma. Tidak tahu saja istrinya sudah menahan nafas sejak tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kalam Cinta Dua Surga
SpiritualYang namanya terlalu dalam jatuh cinta, harus siap menanggung resiko besar. Ditinggal pergi tanpa permisi, misalnya. Ibrahim Afnan pernah begitu dalam jatuh cinta pada seseorang, cinta pertamanya. Namun cinta pertama yang tumbuh, harus musnah oleh l...