Luka bisa segera mengering dan terganti dengan jaringan baru yang menutupinya, tapi tidak semua jejak luka bisa menghilang seperti kulit yang meninggalkan noda hitam.
_______________
Goresan bekas luka yang menghitam, melingkar di dua pergelangan tangan Bu Kalina. Akhirnya Salma paham mengapa Bu Kalina selalu memakai pakaian dengan lengan sampai menutupi punggung tangannya. Karena selain alasan syariat, juga karena ....
"Saya selalu takut orang-orang tanya hal yang sama, 'Kalina kenapa tangannya?' jelas jawabannya bikin saya keinget kalau saya pernah coba bunuh diri saking frustrasi sama hidup," kata Bu Kalina sambil kembali membetulkan pita gamis di pergelangan tangannya.
Terjawab sudah rasa penasaran Salma sejak ia melihat noda hitam itu ketika berwudhu.
"Padahal udah lama banget, tapi kerasa perihnya sampai sekarang. Bukan perih karena lukanya, tapi karena bekasnya nusuk sampai hati," lanjut Bu Kalina dengan kekehan. Masih sempat-sempatnya wanita itu mengatakan seolah-olah masa lalunya adalah lelucon.
Lama mereka di panti, sampai hampir maghrib. Sebelum pulang, mereka memang mampir ke restoran dengan alasan singgah untuk sholat. Pada nyatanya, Bu Kalina saja yang belum rela melepas Salma pulang. Wanita itu merangkul Salma dan Rere menuju meja dimana Afnan menunggu dengan rambut yang masih basah air wudhu. Wajahnya juga nampak segar.
"Udah Mas pesenin, tinggal tunggu datang," kata Afnan. Dia menarik kursi sebelahnya untuk diduduki Bu Kalina, kemudian di depannya untuk Rere, dan di samping Rere, dia tidak jadi menariknya karena Salma sudah terlalu mandiri.
"Padahal mau saya tarik juga," cetus Afnan iseng ingin tahu respon Salma. Namun di luar ekspektasinya, Salma yang hampir mendaratkan diri pada kursi itu menahan pergerakannya.
"Lah? Mana aku tau, Mas nggak bilang," ujar Salma dengan raut sebal. "Yaudah nih, tarik, udah aku majuin lagi kursinya."
Mata Afnan membulat tak percaya. "Astaghfirullah, Salma ... luar biasa!" Namun begitu dia tetap mengikuti kemauan Salma.
"Salma cuma lagi menghargai niat baik Mas Afnan." Tangan Salma terangkat. "Thankyou," tuturnya tanpa dosa.
"Salma kan anak tunggal, jadi dia suka manja," bisik Bu Kalina menirukan suara Uminya Salma. "Terus kamu jawab, 'oh saya nggak masalah sama sifat kekanakannya, adik saya juga begitu'," lanjutnya kemudian terkikik puas mengundang desisan Afnan.
"Rere, Kak Sal perhatiin Rere udah bisa enjoy, gimana tadi di panti? Kak Sal mau tau perasaan Rere boleh?"
Gadis cantik itu mengangguk dengan mata bulatnya. Ada binar merekah di bola mata Rere yang tak hilang meskipun matanya menyipit karena senyuman.
"Waktu di panti, Rere jadi inget waktu Rere kecil, Rere punya banyak temen, Rere suka diajak ke kantor Papa, main sama anak-anak temennya Papa, kadang mereka bawa Mamanya, tapi Rere masih inget waktu itu Papa bilang nggak boleh bawa Mama," kenang Rere.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kalam Cinta Dua Surga
SpiritualYang namanya terlalu dalam jatuh cinta, harus siap menanggung resiko besar. Ditinggal pergi tanpa permisi, misalnya. Ibrahim Afnan pernah begitu dalam jatuh cinta pada seseorang, cinta pertamanya. Namun cinta pertama yang tumbuh, harus musnah oleh l...