8. Malaikat Penolong

134 29 9
                                    

"Waw

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Waw ... keliatannya lo udah sehat ya Re? Nggak gila lagi lo?"

"Sorry to hear that, but ... ups ... kayaknya dia masih gangguan mental."

"Apa? Apa namanya? Trauma? Trauma apa mental breakdown?"

"Kalau kacau kayak dia lebih tepatnya mental breakdance!"

Gelak tawa dari para gadis di pojokan buku bagian fiksi itu sangat-sangat mengganggu seorang wanita dengan khimar cokelat. Tidak seharusnya mereka membuat keributan meskipun berada di toko buku. Bukankan ilmu harus dihargai? Baik perpustakaan maupun toko buku, keduanya sama-sama gudang pengetahuan.

Sedikitnya sudah lima kali pegawai toko buku memperingati mereka. Dapat wanita itu dengar suara mereka yang berubah-ubah, kadang pelan, setelah pegawai pergi mereka tinggikan lagi suaranya seolah mempermainkan. Mata wanita itu kian memincing mana kala satu di antara mereka yang memakai sundress membenturkan dahi gadis berambut pendek sebahu yang menjadi sasaran perkataan ejekan mereka sejak tadi.

"Rasain lo! Ini dari gue buat lo yang dulu udah bikin jidat gue berdarah!"

Naik pitam! Baru saja wanita itu hendak mendekati mereka, namun ....

BUGH!

Sebuah buku terlempar ke arah gadis yang memakai sundress itu tepat mengenai kepala bagian belakang. Suasana semakin gaduh sejalan dengan teriakan dari gadis yang menjadi sasaran bully.

"RERE NGGAK GILA! RERE NGGAK GILA! KALIAN YANG JAHAT!"

Kalimat itu terus diteriakinya berulang-ulang. Toko buku kacau, gadis bernama Rere itu menjadi tontonan. Parahnya, beberapa dari mereka menghakimi gadis itu dengan statement tak masuk akal.

Rere merasa seseorang memeluknya dengan erat sampai suara-suara desing itu samar Rere dengar. Tangisnya makin pecah beribu kali lipat. Dadanya sakit, menahan sengguk dan jeritan yang inginnya keluar lebih keras.

"Aku orang baik ... kamu jangan takut ... kita keluar sekarang, jangan pedulikan mereka." Bisikkan lembut itu terucap berulang kali di telinga sebelah kanan Rere. Bak mantra yang mengubah sesaknya menjadi udara yang harum, suara itu sedikit membuat paniknya berangsur-angsur pergi.

Wanita berkhimar cokelat itu membelah kerumunan dengan tetap merangkul erat Rere seraya menggumamkan kalimat hasbunallah wa ni'mal wakiil ni'mal maulaa wa ni'man nashiir berkali-kali. Masih terdengar tangisan pilu dari Rere, bercampur dengan bisikan Rere nggak gila, Rere nggak gila ....

"RENATA! ASTAGHFIRULLAH!" Seorang wanita paruh baya berjilbab marun dengan cepat memeluk Rere. "Ya Allah, Rere ... ini Mama, Nak ... ini Mama ...."

"Ini ... ada apa sama Rere?" tanyanya kemudian.

"Ibu, maaf ... boleh saya antar Ibu dan Rere pulang? Saya rasa disini bukan tempat yang pas untuk menjelaskan."

~~~~~~~~~~

Kalam Cinta Dua SurgaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang