Jemari Ishel otomatis berhenti mengetik ketika seseorang menaruh dua bingkis hampers di mejanya. Pelakunya adalah Pak Bos, dengan tangan bersidekap dan wajah datar, dagu Afnan tertuju pada hampers itu.
"Ini buat dikasih ke siapa Bos? Ada kolega yang ulang tahun?" tanya Ishel.
"Bukan ulang tahun, tapi ucapan terimakasih buat sekretaris saya," jawab Afnan.
"Sekretaris Bos—" Ishel menunjuk diri sendiri. "Buat Ishel?"
Afnan menggeleng tegas. "Bukan, sekretaris baru saya," jawabnya seketika mengubah raut Ishel menjadi patah semangat. "Sekretaris saya siapa lagi, Ishella! Kamu lah!"
Wajah Ishel kembali bersinar, cepat-cepat dia ambil hampers itu khawatir Bosnya berubah pikiran.
"Dalam rangka apa ini Pak Bos? Ini kan— bukan mau lebaran?"
"Yang satu hadiah dari istri saya karena kamu udah bantuin nyari WO waktu kami menikah, terlalu lama memang untuk kasih hadiah, tapi karena kami lagi bahagia-bahagianya jadi sebagai bentuk bahagia sekaligus syukuran, saya dan istri bagi-bagi hampers," jelas Afnan.
Dugaan Ishel benar, Bosnya sedang dalam suasana hati sehangat mentari dan seindah pelangi. Pasalnya sejak menjajaki lantai 14, pria itu menebarkan senyum bahagia.
"Satu lagi, saya nggak pernah punya niat buat rekrut sekretaris baru, jadi kamu aman."
Seketika Ishel tepuk tangan, terlampau bahagia.
"Aura pengantin baru yang sangat positif, Pak Bos!" ujar Ishel mengacungkan jempolnya bersemangat sampai Afnan mundur satu langkah. "Makasih lho Bos! Salam buat Bu Salma, sampaikan makasih juga udah kasih ini, saya suka banget, janji bakal pakai." Ishel mengangkat hampers yang berisi scarf motif berwarna pastel.
Afnan hanya mengangguk sekilas kemudian segera beranjak menuju ruangannya. Tapi yang membuat Ishel kembali menaruh pertanyaan adalah Pak Bosnya itu menggantungkan tulisan Don't Disturb.
"Bukannya tadi dia bilang lagi bahagia?"
~~~~~~~~~~
Afnan menunggu-nunggu seseorang yang sangat ia rindukan muncul membalas video call-nya. Padahal belum genap dua jam mereka berjauhan, tapi rasanya celengan rindu itu minta untuk dipecahkan.
Betul, hati Afnan berbunga-bunga. Menikahi Salma telah mengubah dirinya yang sad boy menjadi soft boy. Berhak ia turunkan gelar sad boy pada Sean. Hari-hari selepas menikah, membuat hati Afnan selalu tertuju ke rumah dimana ada Salma yang menjadi surganya. Merindukan Salma adalah hal terfavorit sekaligus terberat bagi Afnan.
"Assalamualaikum, kesayangannya Salma ...."
Senyum Afnan terbit melihat wajah istrinya begitu dekat. Sengaja ia lakukan video call di desktop agar leluasa memandang istrinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kalam Cinta Dua Surga
EspiritualYang namanya terlalu dalam jatuh cinta, harus siap menanggung resiko besar. Ditinggal pergi tanpa permisi, misalnya. Ibrahim Afnan pernah begitu dalam jatuh cinta pada seseorang, cinta pertamanya. Namun cinta pertama yang tumbuh, harus musnah oleh l...