40. LDR

104 19 6
                                    

Langit sepertinya sudah terlalu sesak dengan bebannya, hingga melepaskan begitu ikhlas air hujan ke bumi tanpa henti

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Langit sepertinya sudah terlalu sesak dengan bebannya, hingga melepaskan begitu ikhlas air hujan ke bumi tanpa henti. Salma sendirian di rumah, sedangkan Umi dan Abi terpaksa menginap di Bogor karena terjebak hujan lebat usai kontrol yayasan.

Risau Salma pikirkan Afnan yang sama sekali belum mengabarinya. Di luar angin cukup besar, beberapa kali kilatan tampak menciptakan gelegar yang hebat.

"Mas ... ayo dong angkat ... aku takut ...."

Beberapa kali Salma dial nomor suaminya, namun tak ada hasil. Dia jadi berpikir yang bukan-bukan. Perkara ucapan Ishel masih terngiang di benaknya. Meskipun Salma percaya pada suaminya, namun siapa tahu?

"Hari hujan, kalau Mas Af inget Alma lagi gimana ya? Apa nggak bisa dihubungi karena Mas Af lagi kenang dia?"

Astaghfirullahal'adzim .... Salma cepat-cepat menggeleng menepis semua prasangkan buruk pada suaminya. Tambah berdosa jika ia teruskan.

"ALLAHU AKBAR!"

Pandangan Salma menjadi gelap, listrik padam. Kamarnya gelap gulita. Salma tidak fobia pada gelap, tapi jika situasinya sedang hujan angin halilintar, Salma pun risau.

"Ya Allah ... aku lupa charge hp lagi!" ucapnya menyesali tidak mengecek baterai ponsel. Alhasil Salma gelap-gelapan tanpa penerangan apapun.

Ia berpikir untuk tidur, tapi tidak! Hari sudah menjelang Maghrib. Salma bersandar pada kepala dipan, bibirnya mulai merapalkan murojaah terkini. Namun hafalannya tersendat-sendat, dada Salma mulai sesak menumbuhkan genangan di pelupuk mata yang siap meluncur.

"Mas Af ... kamu baik-baik aja kah? Sal khawatir ... Sal takut ...." Salma memeluk bantal erat-erat, menenggelamkan wajahnya dan menumpahkan air mata.

Tak lama, Salma mendengar sayup-sayup suara memanggilnya. Semakin lama semakin mendekat.

"Mas?" Salma segera turun dari kasur, tangannya meraba-raba kekosongan.

"Sal ... Sal ... kamu dimana?"

"Mas ... aku di kamar, aku nggak bisa liat apapun."

"Sal ...."

"Di kamar, Mas ...."

Suara mereka bersahut-sahutan dengan petir.

"Sal?"

Sampai akhirnya suara itu terdengar sangat dekat seiring dengan pintu kamar yang terbuka. Sedikit cahaya dari flash handphone Afnan cukup membuat kamar Salma terang.

Afnan segera melempar ponselnya sembarang ke kasur. Secepat kilat dia langsung memeluk Salma.

"Mas?" Salma menepuk-nepuk punggung Afnan. "Are you okay?"

Tidak terdengar apapun. Tapi dapat Salma rasakan pria itu memeluknya semakin erat dan menenggelamkan wajahnya pada pundak Salma.

"Hey, are you okay? Kenapa Mas kayak gini?"

Kalam Cinta Dua SurgaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang