Sesaat aku terkesima pada caramu memperlakukan orang-orang tersayangmu. Tapi kembali aku tersadar, mampukah aku membersamaimu dengan seluruh luka yang ada dalam hidupmu?
-Salma Habibah Raini-
____________________
Dari ruang tengah, Umi dapat melihat kamar Salma yang berada di lantai dua. Pintunya memang mengarah ke depan sejajar dengan galeri kerja Salma. Hanya dua ruang itu saja yang ada di lantai dua bak hidden gem dalam rumah.
Wanita itu segera beranjak menuju kamar putrinya sambil membawa segelas air putih. Sejak datang dari rumah Bu Kalina, Salma terlihat tak keluar kamar. Entah sudah tidur atau belum anak gadisnya itu, tapi lampu kamar Salma masih terang benderang.
"Sal?"
Umi menelengkan kepala melihat putrinya tersandar di kepala dipan sambil terpejam.
"Ketiduran dia, lupa matiin lampu," ujar Umi kemudian mematikan lampu.
"Umi!"
Belum saja pintu tertutup, Umi berjengit kaget. Kembali dinyalakannya lampu kamar. Barulah nampak Salma yang sudah duduk tegak seraya tercengir.
"Astaghfirullah, Salma ... Umi kira udah tidur!"
"Belum ..." kata Salma dengan kekehan.
"Kenapa belum tidur? Hm?" Umi mendekati Salma, menaruh air putih di atas nakas, kemudian duduk di tepian kasur.
"Deketan lah Umi, Salma mau senderan di bahu Umi," pinta Salma sambil menggeser posisinya.
Mata Umi menyipit. "Alasan mau tidur ditemenin Umi kan? Udah gede juga anak Umi, sebentar lagi mau nikah!" omelnya seraya mencubit hidung Salma. Namun tak urung dia tetap melakukan apa yang Salma minta.
Salma mencari posisi ternyaman di bahu Uminya, menghirup aroma segar bunga mawar khas Umi.
"Kata siapa Salma bentar lagi nikah? I'm your forever one and only princess, kan?"
"Eh?" Umi menoleh cepat pada Salma disertai kerutan di dahi. "Kenapa ini? Ini pertanda kamu nggak lanjut sama Afnan kah?"
Tak ada jawaban dari Salma. Putrinya itu malah memejamkan mata tak peduli pada Umi yang masih menunggu kejujurannya.
"Sal, Umi juga mau tidur, ngantuk tau ...."
"Mas Afnan tadi tanya, kapan Salma siap buat dikhitbah?" ucap Salma akhirnya mengaku.
Umi mengembangkan senyum di wajah cantiknya. "Terus, Sal jawab apa?"
"Sal nggak jawab apa-apa, Sal bingung, Sal juga masih takut ...."
"Takut untuk?"
Salma memiringkan tubuhnya menghadap Umi. Dia punya banyak pertanyaan yang jika semakin dipendam, semakin susah pula untuk matanya bisa terpejam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kalam Cinta Dua Surga
EspiritualYang namanya terlalu dalam jatuh cinta, harus siap menanggung resiko besar. Ditinggal pergi tanpa permisi, misalnya. Ibrahim Afnan pernah begitu dalam jatuh cinta pada seseorang, cinta pertamanya. Namun cinta pertama yang tumbuh, harus musnah oleh l...