prolog

371 42 4
                                    

ASSASSINO

Malam ini menjadi kacau sekali. Saat Alena kembali kerumah usai belanja beberapa makanan instan di supermarket terdekat, ayah ibu dan kedua adiknya terbunuh oleh seorang pria yang juga hendak menusuknya menggunakan belati andai Alena tidak cepat cepat keluar dan berlari menjauhi rumah. Alena syok, ketakutan, gemetar seluruh badan, bahkan nyaris tidak sanggup berlari. Dia seperti ingin berteriak kencang ketika pria bermasker dan bertopi hitam itu tetap mengejarnya sambil memegang pisau penuh darah yang mungkin juga di gunakan untuk membunuh keluarganya. Suasana begitu mencekam di tambah hujan deras dan angin kencang Ketika Alena bersembunyi di balik tembok lorong dan pembunuh itu menggoreskan ujung pisau di sepanjang tembok sambil mencari keberadaan nya. Alena menutup mulutnya rapat rapat, dia menutup mata berusaha meredam segala ketakutan dalam nafas tersengal. Lalu kemudian menghela nafas begitu pembunuh itu pergi dari sana.

Seketika tubuhnya merosot bersimpuh di tanah. Tangisnya pecah begitu saja mengingat keluarganya sudah tiada, Alena benar benar tidak memiliki siapapun lagi setelah malam ini.

Usai melewati beberapa menit menangis di bawah hujan yang semakin deras. Alena menghapus air matanya sambil berdiri, dia sejenak menoleh kekanan dan kekiri sebelum meninggalkan tempat itu. Alena tidak tau hendak kemana, intinya dia harus menjauh dari sana dulu.

Alena terus berjalan sesekali setengah berlari dan menoleh beberapa kali kebelakang takut pembunuh itu menemukannya. Saat melewati gang, Alena di buat terkejut oleh tiga orang pria berbadan besar keluar dari lorong sempit dari arah kanan. Tiga pria itu sempat menatap nya sebelum melaluinya. Alena menatap kedalam lorong itu yang gelap tanpa cahaya sama sekali, rasa penasarannya tiba tiba menggebu hingga memilih melangkah kedalam. Dan betapa Alena terkejut, syok untuk kedua kalinya ketika menemukan seorang pria lainnya bersandar di dekat tempat sampah dengan pisau menancap di perutnya.

Alena buru buru berbalik untuk pergi dari sana.

"Tolong......"

Tetapi suara lemah itu menghentikannya dan kembali menatap pria itu.

"Aku....."

Alena ragu. Kedua tangannya saling meremas sambil pelan pelan mendekati pria yang terus memegangi pisau yang menancap di perutnya.

"Tolong aku"

Alena pada akhirnya berjongkok walau masih menyimpan jarak "aku harus bagaimana"

"Bantu aku berdiri"

Alena meraih lengan pria itu di tuntun untuk merangkul pundaknya dan membantunya berdiri.

"Ayo keluar dari gang ini dulu"

Alena hanya mengangguk kemudian mulai berjalan dalam kegelapan. Tidak ada orang sama sekali, lampu jalan juga hampir semuanya mati, hanya ada beberapa yang menyala namun cahayanya redup. Mungkin pengaruh hujan lebat disergai angin kencang sebab rumah rumah di sekitaran terlihat gelap gulita.

Begitu keluar dari gang, seorang wanita paruh baya keluar dari mobil sedan berwarna hitam yang baru saja berhenti tepat di hadapan Alena dan pria terluka itu. Wanita itu membukakan pintu dan membantu Alena membawa pria itu naik kemobil.

"Naik"

Alena kebingungan. Dia menatap wanita dan pria itu bergantian. Namun belum sempat berkata apapun, wanita itu mendorongnya masuk dan mobil pun akhirnya kembali jalan.


Next

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Next

ASSASSINOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang