ASSASSINO
¶
Sejak Alena keluar dari kamarnya. Diego meninggalkan ranjang menuju meja kerjanya menghabiskan sepanjang waktu disana seperti biasa dan baru berpindah dari kursinya ketika merasa haus lantas turun kedapur untuk mendapatkan segelas air menyelamatkan kerongkongannya yang terasa kering. Usai menghabiskan hampir dua gelas air putih Diego melirik jam di dinding, sudah pukul 2 malam dini hari tetapi dia masih bisa mendengar suara bising anggota eradicatore dari pinggir kolam.
Namun Diego tidak peduli, bersikap abai lalu segera kembali ke atas kamar sebelum langkahnya terhenti ketika menemukan siluet Alena sedang tertidur di sofa ruang tengah. Diego mendekat, membuat Alena melenguh karna menyadari keberadaannya.
"Kenapa tidur disini?"
Alena melipat badannya memperbaiki posisi karna kedinginan "tidak ada kamar kosong"
"Kau bisa pulang"
"Sudah kubilang aku tinggal disini malam ini. Pergilah tidur, aku juga tidak mengganggumu kan"
Diego mendengus, menggendong Alena di lengan dan membawanya naik keatas kamar. Di letakkannya Alena di atas ranjang lalu menarikkan selimut hingga dada sementara dia sendiri kembali ke meja kerjanya.
"Kau tidak tidur? Ini sudah jam 2? Besok kau harus bekerja lagi kan? Kau bisa lanjutkan pekerjaanmu besok. Kau mau sakit lagi? Kau..."
Diego berdecak "Kulempar kau keluar kalau tidak mau berhenti bicara"
"Aku tidak bisa tidur dengan lampu menyala" padahal Alena tidak terlalu peduli perihal lampu menyala atau lampu mati, hanya saja dia harus membuat alasan agar Diego mau berhenti dari pekerjaannya untuk istirahat.
Diego mematikan lampu tanpa bicara, kemudian menggantikan cahaya dengan lampu kecil di atas meja nya "Sekarang tidurlah"
"Tapi..."
"Alenaa"
"Baiklah. Aku tidur"
Namun besok paginya, Alena tidak bisa menahan senyum di pagi pagi buta saat terbangun lebih dulu menemukan wajah Diego tepat di depan wajahnya. Alena tidak tau kapan Diego naik kekasur, karna terlalu mengantuk dia tertidur 5 menit setelah Diego menyuruhnya diam. Padahal semalam dia mati matian menolak untuk tidur tapi sekarang malah memeluk Alena terlalu erat.
Alena bergerak hati hati menyamping menghadap pada Diego yang masih lelap. Menatapi wajah pria itu dari dekat sembari merasakan deru nafasnya yang teratur. Bahkan saat tidur pun, Diego masih terlihat sangat tampan dengan karismanya, tangan Alena bahkan tidak tahan untuk tidak menyentuh rahang Diego serta mengetuk ngetuk lembut bibir pria itu dengan jari telunjuk. Alena berani bersumpah tentang seberapa tampan Diego dengan bibir merah alami dan penampilan berantakannya saat tertidur. Yang biasanya selalu rapi dengan pakaian kantor, Sekarang berada di hadapannya seperti ini.
Kalau di fikir fikir ini kali pertama Alena melihat Diego se lelap ini. Sebab waktu mereka bercinta sebanyak dua kalipun Diego selalu bangun lebih awal besok paginya di banding dirinya.
Sibuk membelai hidung serta leher Diego, Alena tiba tiba teringat tentang perkataan Giordano dan Cedro perihal Diego Dinner dengan Syella sekertaris nya. Sebenarnya dari awal hal itulah yang sangat mengganggu Alena, dia merasa panas di dalam hatinya namun menahan diri agar tidak berteriak di telinga Giordano kalau Diego hanya mencintai dirinya saja. Tetapi pada akhirnya dia sendiri yang ragu, sebab Diego bisa saja berpaling dengan mudah karna Syella jauh lebih cantik.
Alena berdecak kesal mengingat wajah mengejek Giordano di mobil kemarin "Dia bahkan mengatakan kau serasi dengan Syella" Dia bergumam sendiri kemudian menatap Diego lagi "Aku tidak mau seseorang menggantikan aku di hatimu. Walau aku belum tau bagaimana perasaan ku padamu tapi aku tidak ingin kau dekat dengan wanita manapun" Alena mendesah panjang, kemudian perlahan bangun untuk beranjak dari ranjang namun terkejut begitu Diego kembali menarik perutnya sehingga kembali jatuh di pelukan pria itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
ASSASSINO
RomansaMalam itu, Alena menemukan seluruh keluarganya dibunuh dalam rumah mereka sendiri. Satu satu nya yang selamat adalah Alena sebab berhasil kabur dari si pembunuh itu. Pada akhirnya dia bertemu dengan Diego, laki laki yang ia selamat kan nyawanya. Hin...