3

54 5 0
                                    

ASSASSINO

Sudah lewat 3 hari semenjak kejadian di rumah Diego. Sejak hari itu pula Diego tidak pernah menelepon walau pun hanya sekedar memberi Alena pekerjaan seperti biasanya ataupun sekedar memberi penjelasan soal ruangan aneh didalam kamarnya.

Kemarin, Alena sudah memeriksa setiap sudut rumahnya dan menyingkirkan semua cctv yang terpasang. Termasuk memeriksa kamar dan kamar mandi sebab Alena tak mengelakkan soal kemungkinan besar Diego tidak melewatkan dua tempat itu. Namun syukurnya Alena tidak menemukan apapun disana.

Kemarin juga Alena sempat mengobrol dengan Giordano saat pria itu datang kerumahnya membawakan obat untuk luka kakinya. Walau tak diberi penjelasan, sedikitnya Alena menanyakan tentang mengapa Diego memasang cctv di rumahnya dan siapa yang memasangnya. Kesalnya, Ternyata Giordano sendiri yang memasang itu atas perintah Diego satu hari sebelum rumah itu di berikan pada Alena.

Alena sempat menanyakan mengapa Diego melakukan itu. Tetapi Giordano tak mengatakan apapun karna katanya jawaban dari pertanyaan itu hanya Diego yang tau. Walau jelas sekali Giordano berbohong, Alena tidak mau memaksa pria itu bicara. Lagi pun, ada baiknya Alena mendengar langsung dari Diego alasan dia melakukan itu.

Dering ponsel di atas meja membuyarkan lamunan Alena. Dia beranjak dari ayunan di balkon kamarnya untuk menjawab panggilan dari Giordano.

"Ada apa?"

"Kakimu Masi sakit?"

Alena menatap kakinya yang masih terperban dan mengecek dengan menghentakkan kakinya ke lantai "sedikit. Kenapa?"

"Ada pekerjaan"

"Apa?"

"Sekelompok penjahat melakukan penyelundupan narkoba. Tadi subuh mereka berangkat dari pelabuhan menuju meksiko"

"Kau bisa bersama polisi mengejar kapalnya"

"Polisi meminta bantuan eradicatore"

"Jemput aku"

Alena mendesis setelah mengakhiri panggilan telfonnya. Setelah libur dari pekerjaannya selama tiga hari, sebenarnya Alena masih sangat malas untuk bergelut dengan senjata, penjahat, atau semacamnya. Tapi tetap saja Alena harus bekerja. Sekarang dia bersiap, mengganti baju piyamanya dengan celana jeans hitam dan jaket kulit berwarna hitam pula. Alena mengikat asal rambut panjangnya kemudian mengenakan topi. Terakhir, Alena memakai sepatu boots serta mengambil dua pistol didalam laci sebelum keluar dari rumahnya.

Begitu mobil Giordano datang, Alena langsung melompat kedalam mobil "Cepat. Kapal mereka akan semakin jauh"

"Kau terlihat sangat bersemangat" Giordano tersenyum sambil menancap gas.

"Satu pekerjaan sama dengan 20 euro"

"Uang segalanya kan" kata Giordano "suasana hatimu sudah membaik?"

"Seperti katamu. Uang segalanya. Hatiku membaik karna uang"

Giordano tertawa "kau boleh juga" setelah tawanya hilang Giordano melanjutkan lagi, lebih serius dari sebelumnya "tapi intinya Diego tidak ada niatan jahat"

"Menurutku itu jahat. Mesum"

"Kau berfikir begitu setelah semua yang dia berikan?"

"Yang dia berikan itu sudah memang seharusnya. Kalau bukan aku dia tidak akan hidup sampai sekarang" Alena tidak mau mengalah, walau benarnya Diego sudah memberikan jauh lebih banyak kalau itu hanya untuk berterima kasih.

"Kau tidak mau bertemu dan meminta penjelasan padanya?" Giordano memilih mengalah dan mengalihkan pembicaraan.

"Kenapa harus aku yang meminta. Seharusnya tanpa kuminta dia berinisiatif untuk menjelaskannya padaku"

ASSASSINOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang