13

33 3 5
                                    

ASSASSINO

Kecurigaan tidak mendasar Alena kambuh lagi. Rasa penasarannya seperti sudah berada di ujung tapi tidak tau harus bertanya pada siapa, bertemu dengan pria tadi adalah petunjuk tetapi terlanjur menghilang entah kemana. Jadi sebenarnya Assassino ini apa? Mengapa Diego menjadi pemimpin? Apa maksudnya Diego telah mengkhianati kartel nya sendiri. Alena sungguh tidak mengerti, pertanyaan seputar itu terus berputar putar di kepalanya sampai buat pusing. Belum lagi hujan yang mengguyur sejak tadi, perasaannya menjadi sangat buruk begitu sampai di hotel dan segera berganti pakaian lalu melompat kedalam selimut.

Sementara yang lain melanjutkan pekerjaan mencari Matias. Kata Giordano, secepatnya mereka harus kembali ke Milan-italia sebab di banding masalah disini, ada lebih banyak masalah di eradicatore. Jadi Mereka tidak mau berhenti sampai berhasil menangkap Matias. Tadinya Alena bersih keras untuk ikut, tapi Giordano melarang sebab dia tampak semakin pucat. Alena pun merasa sudah tidak kuat akibat pandangannya mulai menggelap, pada akhirnya Alena memutuskan untuk kembali saja.

Ponsel Alena bergetar di samping kepalanya. Di secuil kekuatannya Alena kembali membuka mata untuk membuka layar ponsel dan menemukan satu pesan muncul pada notifikasi paling atas.

"Tunggu kematian mu Alena"

Alena mendesah panjang. Mungkin di awal, ancaman semacam itu berhasil mengganggunya, tapi sekarang tidak lagi. Pembunuh itu sudah terlalu sering mengirimkan pesan seperti itu dan menjadi terbiasa.

Alena menggulir notifikasi lalu menemukan pesan berikutnya dari Diego.

"Buka pintumu. Seseorang mengantarkan obat flu dan pereda demam ke kamar mu"

10 detik usai membaca pesan itu. Ponselnya berdering-panggilan dari Diego hingga Alena terkejut dan nyaris menjatuhkan ponselnya ke wajah sebelum menjawab telfon.

"Kenapa hanya di baca?"

"Aku sedang tidak ingin bicara padamu Diego"

"Aku tau. Maka dari itu aku mengirim pesan tapi kau tidak membalas. Buka pintumu"

Alena menyentuh dahinya sendiri "Tidak terlalu panas. Aku tidak perlu obat"

"Tidak terlalu panas artinya panas. Buka pintumu Alena"

Alena berdecak kemudian membuka pintu kamarnya. Di sana berdiri seorang wanita menenteng kantung plastik berisi obat dan Tote bag makanan. Setelah menerima itu, Alena berterima kasih lalu kembali masuk. Tak habis fikir, Dimanapun dia berada Diego selalu bisa melakukan hal hal di luar dugaan. Lagi pula bagaimana bisa dia menyuruh seseorang datang kesana membawakan obat dan makanan seperti ini.

"Alena?"

Alena sampai lupa kalau telfonnya masih tersambung "Aku sudah terima obatnya. Aku tutup.."

"kenapa mencoba menghindar?"

"Apa?"

"Kenapa mencoba menghindari ku hmm?"

Alena secara spontan meremas dadanya. Jantung nya seperti berdetak lebih kencang dari normalnya, suara berat Diego di sebrang telfon terdengar seperti sound paling indah sejauh ini.

Alena berdehem "Kata siapa?"

"Kata Giordano"

Alena sadar telah salah bercerita pada Giordano yang jelas jelas berada di pihak Diego. "Dia berbohong"

"Aku tidak memaksamu menerima cintaku. Kenapa ingin menjauh. Aku membebaskan mu dalam memilih pilihan, putuskan apapun yang ada dalam hatimu. Menerima ku atau tidak menerimaku, aku mau menghargai itu. Asal tidak pernah berfikir untuk pergi"

ASSASSINOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang