34

16 4 1
                                    

ASSASSINO

Perihal keinginan berhubungan intim yang menurun seperti yang di katakan dokter Bianca agaknya salah, sebab Alena merasa hasratnya malah mudah sekali terpancing meski hanya sekedar ciuman atau di sentuh di beberapa bagian. Tapi sekarang ini bukan saatnya membahas soal itu, karena sekali lagi Alena di buat sesak nafas sejak beberapa menit lalu Diego tidak mau melepaskannya dari kecupan kecupan memabukkan di atas payudara. Alena tidak gagal menyadari yang satu ini, sejak satu Minggu yang lalu dia merasa payudaranya semakin membesar dan sempat menanyakan itu pada dokter Bianca. Katanya hal seperti itu kadang terjadi pada ibu hamil.

Alena mendangak untuk kenikmatan yang tiada habisnya ketika Diego kini bergerak semakin turun menciumi perutnya, lama kelamaan semakin kebawah kemudian membuka celananya perlahan lahan. Alena refleks merapatkan kedua kakinya sementara Diego kembali naik menatapnya.

"Mau melakukannya disini?"

"Kau bisa pastikan tidak akan ada orang yang datang?"

Diego menyeka keringat di kening Alena "Tentu saja" jawabnya sembari menyerang Alena lagi setelah menanggalkan celananya ke lantai.

Pada akhirnya mereka lupa waktu akibat gairah, keduanya mabuk kepayang di bawah penyatuan mengejar klimaks. Diego tidak mau berhenti, malahan semakin mencari titik terdalam sampai Alena tidak tau seberapa keras sudah teriakannya setiap kali Diego menumbuk semakin kencang. Belum lagi ciuman ciuman tak senonoh di ujung payudara, leher, rahang. Setiap kali Diego menyentuhnya dengan lidah Alena merasa menggila sewaktu waktu. Sampai dia tidak tau harus melakukan apa selain meremas seprei, mendesah, menyebut nama Diego berkali kali. Dan sama sama sampai di pelepasan pertama menit berikutnya.

Tapi tidak sampai disana. Diego belum memisahkan diri, hanya memberi jeda sebentar sebelum menggendong Alena pindah kekasur lalu melanjutkan babak kedua disana. Tadinyapun hendak lanjut ke sesi 3, tetapi Alena beralibi merasa keram di perut, meski tidak benar tapi tidak sepenuhnya bohong juga.

Mereka benar benar selesai saat sore. Alena mengambil waktu tidur hingga malam sementara Diego membiarkan Alena istirahat lalu dia sendiri menyempatkan keruang kerja mengontrol kantor dari sana. Beruntungnya tidak ada masalah, Syella mengatur semuanya dengan baik jadi Diego memastikan tidak ada pekerjaan menumpuk besok nya.

"Ada apa?" Diego keluar dari ruangannya sembari mengantungi kedua tangan dan menemukan Giordano di ruang tengah dengan wajah lemas.

"Aku tidak bisa bertemu Syella seharian ini karena kau. Kau membuatnya lembur malam ini"

"Hanya untuk hari ini. Lagi pula aku memberinya cuti besok"

"Besok dan sekarang beda cerita. Aku butuh mengisi daya satu kali sehari"

Diego melempar Giordano dengan bantal "satu kali sehari? Kau mau bunuh anak orang?"

"I mean hug or kiss. Hanya itu"

"Besok saja. Besok kau bisa lakukan lebih dari peluk dan cium, satu hari full"

"Aku juga boleh libur besok?"

"Boleh" Diego meneguk segelas air lalu ikut duduk "bagaimana Giampaolo?"

"Mereka merencanakan pembantaian besar besaran dalam waktu dekat. Yang aku kahwatirkan adalah kantormu, sepertinya dia akan menghancurkannya"

"Itu sebabnya aku ingin beberapa mengawasi disana"

"Bagaimana dengan Alena? Aku menyuruh Syella kembali ke jepang Minggu depan untuk sementara demi menghindari segala kemungkinan buruk yang bisa saja terjadi. Syella punya keluarga disana. Tapi Alena? Dia hanya punya kamu" Giordano menarik nafas berat "Alena pasti akan tetap tau nantinya, dan kau tau Alena tidak bisa diam kalau masalah eradicatore. Meski kau bersih keras menahannya disini Alena tetap akan mencari cara ikut serta"

ASSASSINOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang