19

38 4 4
                                    

ASSASSINO

Marah, sedih, dan segala bentuk rasa emosional lainnya menyerang Alena dalam waktu yang sama. Begitu dia naik kekamar sesuai perkataan Diego, Alena mengacau di dalamnya dengan menjatuhkan semua barang di atas meja, meninju cermin lemari hingga buku jarinya berdarah kemudian berakhir duduk di bibir ranjang sembari menangis. Entah mengapa tapi pertengkaran itu seperti menyakiti hatinya, cara Diego berteriak berhasil melukai perasaan Alena hingga menangis seperti orang bodoh. Tapi sialnya adalah, sekuat apapun Alena melawan, sehebat apapun pertengkaran mereka, tetap saja pulangnya Alena tetap pada Diego.

Setelah melewatkan Hampir dua jam, Diego menghampiri Alena ke dalam kamar dengan membawa kotak obat obatan dan satu tisu. Dia tidak mengatakan apapun, selain menuntun Alena duduk di kursi sebab wanita itu sejak tadi berdiri di dekat jendela kaca kemudian bersimpuh di hadapan wanita itu.

"Aku berharap kau tidak datang kesini dulu. Aku masih kesal melihat wajahmu"

"Buka celanamu"

"Apa?"

Diego membuat Alena kembali berdiri lalu membantu Alena membuka celananya dan menyisakan celana shorts tipis berwarna hitam lalu mendorongnya agar duduk lagi.

Alena menunduk menatap pahanya yang terluka. Sejujurnya dia tidak ingat soal luka goresan pisau dari Luca itu sebab sakitnya tidak berasa, tapi entah kenapa sekarang malah terasa perih.

"Aku bisa mengobatinya sendiri"

Diego menangkap tangan Alena saat hendak menyingkirkan tangannya. Dengan satu tangan ia genggam kedua tangan Alena sementara tangan yang lainnya mulai membersihkan darah di sekitaran luka gores di paha Alena yang mulai mengering.

"Berkelahi dengan siapa?" Tak kunjung di jawab Diego mendangak menatap Alena yang ternyata juga sedang menatapnya hingga pandangan mereka bersirobok "saat aku bertanya apa kau bisa menjawab?"

"Luca"

"Luca?"

"Pembunuh keluargaku. Aku bertemu dengannya tadi"

"Dari mana kau tau namanya?"

"Aku melihat tato nama itu di lehernya. Dia juga bagian dari Assassino, aku melihat tato angka 12 di punggung tangannya"

Diego mengoleskan salep di atas luka Alena, terakhir membubuhkan perban disana sebelum menggendong Alena dan dia mengganti wanita itu duduk di kursi serta memangkunya dalam posisi berhadapan.

"Aku minta maaf karna berteriak padamu tadi" sekarang Diego mengoleskan salep ke buku jari Alena dan mencium punggung tangan wanita setelah selesai "aku minta maaf"

"Kau tau apa kenyataan paling buruknya" Tangis Alena masih belum berhenti, bahkan setelah sikap lembut Diego kembali, Alena rasa ingin menangis lebih kencang lagi dari sebelumnya "aku ingin kabur darimu tapi rupanya tidak bisa. Di dunia ini hanya kamu yang tersisa bagiku, selain padamu aku tidak punya tempatku sendiri meski bumi ini sangat luas. Aku membencimu, tapi juga kadang merasa berhutang banyak dan merasa perlu membayar semua yang kau berikan dengan nyawaku sekalipun. Jadi yang ingin kukatakan sekarang adalah aku pun minta maaf karna telah mengingkari janjiku untuk tidak kemana mana"

Diego menyeka air mata Alena berkali kali, mengelus punggung wanita itu menenangkan "aku begitu itu untuk kamu sendiri. Kau salah mengartikan maksudku, aku tidak berniat untuk mengekangmu tapi begitulah caraku untuk melindungimu"

"Aku..." Suara Alena terdengar parau akibat tangisan "Minta maaf"

Diego memeluk Alena sembari tangannya berpindah naik ke atas kepala wanita itu untuk mengusap rambutnya.

ASSASSINOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang