35

23 3 3
                                    

ASSASSINO

Alena berlari keluar katedral, menghentikan taksi segera menuju markas. Satu satunya tempat terdekat saat ini, begitu tiba disana dia menemukan Laura di ruang tengah sedang mondar mandir gelisah. Namun Alena tidak peduli lantaran langsung menuju lemari tempat penyimpanan segala macam bentuk pistol dan mengambil salah satunya. Saat hendak pergi lagi, Laura menahan lengannya sehingga dia kembali berbalik.

"Kau mau kemana?"

Alena menghempaskan tangannya "ayo ikut aku. Kartel Affilato sedang menyerang anggota kita"

"Tidak boleh. Giordano bilang kita harus tetap disini"

"Jangan mau menurut pada hal semacam itu. Kita juga bagian dari eradicatore bodoh"

Laura mendengus, menarik tangan Alena menaiki tangga membawa wanita itu kedalam kamar "kau tidak akan kemana mana"

"Laura..." Alena mencoba menahan Laura begitu keluar dari kamar, namun tidak berhasil. Sekarang Laura menutup pintu dari luar dan menguncinya di dalam "Laura bajingan brengsek. Buka pintunya"

"Maaf tapi ini bukan keinginanku"

Alena meremas rambutnya sendiri, kemudian menggigit jari telunjuk menunjukkan betapa cemas dan gelisahnya dia. Alena Khawatir, takut, kesal, marah, sedih, semua bercampur menjadi satu sampai buat pusing.
Bahkan sampai malam pun Diego dan yang lainnya tetap tidak bisa di hubungi, Alena tidak bisa menemukan sedikitpun informasi apa yang terjadi dan bagaimana mereka sekarang.

Lalu tiba tiba suara berisik dan barang barang berjatuhan terdengar dari bawah, Alena juga bisa mendengar teriakan Laura di susul suara pukulan. Alena mencoba membuka pintu lagi, memutar mutar kenop pintu sekuat tenaga namun tetap tidak bisa terbuka. Sampai akhirnya dia mengeluarkan pistol dan menembak gagang pintu. Setelah berhasil, Alena membuka pintu dan terkejut begitu dua orang pria langsung menyerangnya, beruntungnya Alena bergerak refleks menghindar sebelum pria itu berhasil menendangnya.

Alena perlahan mundur, dengan cekatan mengambil vas bunga di meja kemudian melempar salah satunya. Bersamaan dengan itu Alena menembak yang satunya lagi lalu berlari kebawah menghampiri Laura.

"Mereka adalah anggota kartel Affilato" Alena berdiri di belakang Laura, mereka kini terjebak dalam kepungan para pria itu.

Laura menarik nafas tak beraturan "mereka menerobos masuk"

"Hadapi saja mereka" Alena melompat lebih dulu, melayangkan tinjuan dan pada akhirnya kembali ricuh berkelahi di dalam sana begitupun Laura.

Alena sempat terpental hingga punggung nya menubruk ujung meja sebelum kembali bangkit dan lagi lagi menembak. Anggota kartel Affilato pun satu persatu tergeletak di lantai, sehingga Alena mengambil kesempatan menarik tangan Laura keluar dari sana menuju mobil memilih pergi. Masalahnya, Alena tau kalau dia dan Laura tidak akan bisa berhasil melawan mereka semua.

"Ponselmu"

Laura menoleh pada Alena, tampak linglung sesaat sebelum tersadarkan suara dering ponselnya, barulah Laura menjawab.

"Beberapa anggota kartel Affilato mendatangi markas. Aku dan Alena baru saja keluar dari sana" Laura mengangguk ngangguk mendengarkan suara di sebrang telfon, menit berikutnya dia mengakhiri panggilan lalu menoleh pada Alena "Giordano bilang kita pulang ke rumahku dulu. Diego akan datang kesana menjemput mu nanti"

Alena berharap itu benar, jadi dia menunggu dengan sabar walau masih merasa cemas sepanjang waktu. Berkali kali Laura menawarinya makan atau hanya sekedar memberi segelas air putih tetapi Alena menolak. Alena merasa perutnya, tenggorokan dan seluruh tubuhnya menolak apapun untuk saat ini. Laura juga berkali kali menyuruhnya agar istirahat saja dulu, namun Alena memilih duduk di kursi sambil menatap daun pintu dengan melipat kedua lututnya di dada. Satu jam, dua jam, 3 jam, hingga angka jam nyaris menyentuh pukul 1 malam, Alena masih di tempat yang sama. Sebelum akhirnya dia melompat mendekati pintu begitu bel berbunyi dan buru buru di buka.

ASSASSINOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang