33

21 5 2
                                    

ASSASSINO

Part-full Diego Alena

Hanya ciuman romantis menjelang tidur, setelahnya Diego kembali ke samping memeluk Alena dan sama sama menutup mata. Walau sepanjang malam Alena terus gelisah atas keram di perut, kembung, pegal seluruh badan, bahkan berkali kali bangun untuk buang air kecil. Semua penyataan dokter Bianca untuk ngidam pertama semacam itu benar benar kejadian. Dan yang paling merepotkan adalah peningkatan buang air kecil. Alena tidak menghitung sudah berapa kali dia bolak balik ke kamar mandi. Sialnya lagi, Alena dibangunkan rasa mual sekitar pukul 3 dini hari. Beruntung nya Diego mau mengerti, Memeluk Alena sambil memijat mijat pinggulnya sampai akhirnya kembali tidur. Lalu terbangun lagi pukul 9 siang dan masih menemukan Diego di sebelahnya.

"Mual lagi?"

Alena mengangguk, cepat cepat berlari kedalam kamar mandi lalu kembali beberapa menit kemudian dengan langkah lemas "kau tidak kekantor?"

"Aku ingin menemanimu" Diego menuntun Alena untuk kembali berbaring "mau ku pijit lagi?"

Alena mengangguk, bergerak menyamping memunggungi Diego agar memijat pinggulnya lagi seperti semalam "aku tidak tau kalau rasanya seburuk ini"

"Aku minta maaf" Diego mengecup tengkuk Alena sekilas "mau sarapan apa?"

"Aku mau Risotto alla milanese yang ada di resto dekat kantormu" Alena berbalik menatap Diego "boleh?"

"Boleh. Akan kusuruh Giordano membeli nya"

"Apa kau benar tidak kekantor? Kau yakin bisa meninggalkan pekerjaanmu seharian?"

"Aku minta Syella untuk mengurus semuanya"

"Tapi ponselmu sibuk sekali sejak tadi, nada dering telfon, notifikasi pesan. Itu ribut sekali"

"Biarkan itu hanya hari ini"

Padahal Alena juga tidak butuh di temani, mual dan pusing bukan masalah besar, tanpa Diego pun Alena yakin bisa sendiri. Namun Alena tidak ingin melempar protes, sedikitnya Alena mencoba mengambil kesempatan agar Diego istirahat sebentar saja dari berkas berkas dan dokumen dokumen di kantornya.

"Kau tau, kemarin ibumu menelfon ku. Dia mengatakan banyak hal tentang kehamilan, katanya jangan minum merek susu ibu hamil sembarangan"

Diego tertawa kecil "apa lagi yang dia katakan?"

"Dia bilang akan berkunjung"

"Tapi dia tidak bisa datang"

"Ibumu lebih sibuk dari kamu kan" Alena menjeda sejenak sambil menggeser tangan Diego di pinggangnya agar memijat di sisi yang lain lalu melanjutkan "Die & Go. Kau yang memberi nama perusahaan mu sendiri?"

"Cara penyebutan mu salah. Dai & Go"

"Benarkah? Aku fikir itu namamu yang di pisah, Die dan Go. Diego"

"Kau boleh mengartikannya seperti itu"

Alena memukul Diego "padahal kau bisa menjelaskannya"

"mulai hari ini tidak usah bekerja. Kau tidak boleh ikut semua kegiatan eradicatore lagi. Aku tau hanya sia sia mengatakan ini pada perempuan keras kepala sepertimu, tapi aku tetap harus mengatakannya" Diego menutup mulut Alena saat wanita itu hendak melempar protes lantas melanjutkan "Fikirkan lah cara untuk membangkang nanti, sementara aku akan sibuk menahanmu agar tidak kemana mana"

"Kau tau aku tidak akan menurut kenapa harus repot repot. Lagi pula apa yang akan kulakukan di rumah ini sendirian sepanjang hari tanpa melakukan apapun. Mengejar penjahat tidak akan membuat bayinya menghilang dari perut Diego" Alena berdecih disusul tawa pelan.

ASSASSINOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang