5

30 2 0
                                    

ASSASSINO

Tidak ada yang keliru sebenarnya. Sejak memilih membeberkan dirinya dan Alena lewat media, Diego sudah menduga kalau Agosto pasti akan mendatangi Alena untuk meminta penjelasan. Itulah mengapa Diego menyuruh Giordano untuk mengirim beberapa pengawal untuk menjaga disekitaran rumah Alena, namun rupanya Diego kalah cepat. Agosto datang lebih awal dan berhasil membawa Alena pergi. Dan perihal alasan soal Diego telah cemburu buta itu benar, kesengajaan membuat masalah ini berada dalam rencananya.

"Agosto tidak akan kemana kemana dalam beberapa hari" Ujar Diego. Sekarang dia sudah kembali duduk bersama dengan Giordano di ruang tengah.

Giordano menghembuskan asap rokoknya "sekarang rasanya mustahil bisa menjebloskan nya kedalam penjara"

"Andai kutembak saja dia sampai mati tadi"

"Andai kau tidak cepat lari kau yang mati tadi" Giordano tertawa kecil.

Tak lama, Alena kembali muncul sehingga keduanya sama sama menoleh "mau kemana?" Tanya Diego.

"Aku tinggal di rumah Giordano saja"

Giordano membulatkan matanya kemudian mengalihkan pandangan ke arah lain begitu Diego menatapnya.

"Alena ini sudah sangat larut"

Alena tidak mendengarkan Diego lantaran menatap Giordano "biarkan aku menginap di rumah mu Giordano"

"Tidak bisa. Aku tinggal dengan seseorang"

"Kau tinggal dengan seseorang? Kenapa kau tidak memberitahuku?"

Giordano semakin panik sebab Diego terus menatapnya lantas segera berdiri "kau tidak harus tau Alena. Aku pulang" katanya dan pergi terbirit-birit.

"Giordano, aku hanya akan menginap satu malam. Kenapa kau pelit sekali. Giordano" Alena berdecak lalu berbalik pada Diego "Itu pasti ulahmu"

"Pergilah tidur sudah pukul dua malam Alena"

"Kenapa kau bersih keras supaya aku tinggal disini? Kau merencanakan sesuatu"

"Berhentilah berfikiran buruk tentangku"

"Tidak bisa. Kau terlalu mencurigakan"

Diego berdiri serta memasukkan kedua tangan kedalam saku celana "kau tidur saja di kamarku"

"Kamarmu? Kenapa harus kamarmu?"

"Tidurlah ditempat yang kau inginkan kalau begitu. Ada 4 kamar di lantai pertama dan hanya ada dua di lantai dua"

"Dimana kamar yang tidak pernah kau tempati?"

"Semuanya pernah"

"Kalau begitu aku tidur di sofa"

Diego menutup mata sambil menghela nafas panjang. Dia menghampiri Alena kemudian menarik pergelangan wanita itu menaiki tangga dan membawanya masuk ke kamar yang berada tepat disamping kamarnya.

"Aku tidak mau tidur disini"

Diego bersedekap dan bersandar di ambang pintu menatap Alena "periksa saja dulu sebelum tidur kalau kau mengira ada cctv tersembunyi disini"

"Kenapa kau jadi begini?"

"Begini bagaimana?"

"Kembalilah bersikap seperti biasa. seperti kita hanya sebatas teman kerja"

"Setelah menyatakan perasaan ku aku tidak perlu begitu lagi. Sekarang sepenuhnya rasa peduli dan khawatirku tidak akan tersembunyi"

Alena berdecak lalu mendorong Diego keluar sebelum membanting pintu. Sekarang menjadi lebih canggung, Ungkapan perasaan yang tidak Alena harapkan sedikit merubah interaksi yang dulunya santai menjadi kaku. Andai tau akan jadi seperti ini Alena pasti memilih tidak bertemu dengan Diego saja seumur hidup. Sekarang Alena malah tinggal di rumah pria itu. Dan seperti ucapan Diego, sebelum tidur Alena menggeledah disetiap sudut memeriksa takut tersimpan cctv, tapi syukurnya Alena tidak menemukan apapun kecuali sebuah foto kecil didalam laci. Lama Alena mengamati foto berisi segerombolan laki laki berbaju hitam itu sebelum menyadari keberadaan Diego di antaranya sambil memegang spanduk berukuran kecil yang bertuliskan ASSASSINO.

ASSASSINOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang