Dentingan jam yang tergantung di dinding itu terdengar bersautan dengan suara yang berasal dari mesin elektrokardiogram. Menciptakan irama dengan tempo yang sama. Terdengar begitu nyaring bagi sosok Rion yang berdiri sana, seraya menatap nanar mesin penampil aktivitas jantung tersebut.
Sampai akhirnya suara melengking datang bersamaan dengan mesin EKG yang menampilkan grafik bergambar lurus. Rion pun bereaksi. Mulutnya mendadak mengerang saat telinganya menangkap lengkingan tersebut. Sementara gerakan lain terlihat ketika tangan pemuda itu bergerak cepat untuk menutup kedua indra pendengarannya. Matanya pun terpejam erat, terlihat tengah mencoba meredam rasa sakit yang timbul karena suara itu.
Puncaknya Rion terjatuh, menimbulkan reaksi lain pada alam sadarnya. Ya, pemuda itu terbangun dari tidurnya, dari mimpi buruknya. Lengkap dengan tetes keringat yang kini menghiasi dahinya. Rion pun bangkit, ia mendudukkan diri seraya menyugar rambutnya, menetralkan nafas yang terengah sebelumnya.
Merenung akhirnya menjadi aktivitas yang Rion lakukan sekarang. Pemuda itu diam memikirkan tiap-tiap hal yang pernah menimpanya. Mengakibatkan sesak yang terus bersarang di hatinya. Rasanya Rion hampir sengsara karena itu semua. Sungguh ingin ia terbebas. Tapi apalah daya, mimpi buruk selalu menghantuinya, perasaan bersalah dari masa lalu terus menerornya. Kalau saja saat itu Rion tak melakukan kesalahan, apakah ia bisa tetap bahagia sekarang?
Setelah beberapa saat merenungkan kisahnya, kekasih Veela itu memilih beranjak, meninggalkan tempat tidur dan pergi keluar kamarnya. Berniat untuk mengambil segelas air putih demi membasahi tenggorokannya yang terasa kering saat ini.
"Dek."
Ah, Rion terperanjat saat suara dengan tepukan di bahunya itu muncul. Ia pun langsung menengok, mendapati sosok kakak perempuannya berdiri di belakangnya.
"Ngapain di sini tengah malem gini?" yang lebih tua lanjut bertanya.
"Kebangun tadi, ini mau ngambil minum."
"Kamu mimpi buruk lagi ya?" Gadis itu bertanya sambil memperhatikan Rion dengan seksama. Lalu seterusnya kembali mengeluarkan suara. "Ya ampun Dek, sampe keringetan gini."
Ucapan kakaknya itu tak Rion jawab lagi. Ia lebih memilih untuk menanggapi lewat diamnya dan selanjutnya balik bertanya. "Kalo Kak Zo ngapain di sini?"
"Bikin kopi."
"Mau begadang?"
Gadis yang dipanggil Zo itu mengangguk. "Iya ada laporan yang harus diselesaiin."
"Ini pada ngapain ni?" satu suara lain ikut bergabung di sana. Itulah suara kakak pertama Rion. Pemuda yang berbeda lima tahun darinya.
"Gue sih mau bikin kopi, kalo Rion ngambil minum, mimpi buruk lagi dia," jawab Zo seraya menuju lemari dan mengambil sebuah gelas. Lalu membuka kopi sachet yang ia bawa sebelumnya.
"Mas Ian ngapain kesini? Kok belum tidur lu?"
"Gue juga mau begadang Zo, revisi lagi."
"Ututu kasian, mau gue bikinin kopi ga?"
KAMU SEDANG MEMBACA
It's Starts With Strawberry [Complete]
Teen Fiction[𝐓𝐞𝐞𝐧 𝐅𝐢𝐜𝐭𝐢𝐨𝐧] Veela ga pernah tau, keputusannya buat jadi secret admirer Rion malah berakhir dengan kesepakatan gila yang membuatnya makan hati dengan terpaksa. ***** Berawal dari tertangkapnya Veela saat tengah meletakkan sekotak strob...