Prolog

21.2K 1K 30
                                    

Sore berganti malam dan jalanan di Solo masih saja penuh dengan kendaraan yang membuat jalanan menjadi macet. Mau tidak mau aku harus mengeluarkan kesabaran ekstra penuh di tengah-tengah kemacetan kota ini.

Andai aja aku tidak ada kelas sore tadi, mungkin sekarang aku sudah mandi dan berleha-leha di atas tempat tidurku yang empuk.

Ku belokan kemudi mobilku untuk masuk ke area perumahan. Samar-samar kulihat ada seorang perempuan berambut panjang berdiri di depan pintu gerbang rumahku dengan 2 koper besar di sampingnya.

Apa perempuan itu salah alamat? Atau jangan-jangan perempuan itu menerima alamat palsu?

Ku matikan mesin mobilku saat perempuan itu menoleh ke arahku. Aku tidak bisa melihat wajahnya dengan jelas karena lampu didepan pintu gerbangku itu tergolong redup.

Aku turun dari mobilku dan berjalan menghampiri perempuan itu.

Aku rasa aku harus mengganti lampu nanti, supaya tidak redup seperti ini dan yang jelas bisa melihat penampakan manusia dengan terperinci.

"Ada yang bisa saya ban....."

Deg

"Hansell....."

Tubuhku seketika kaku saat melihat perempuan yang selama ini ku hindari tiba-tiba muncul di hadapanku. Perempuan yang membuatku jatuh cinta dan sakit hati secara bersamaan.

Perempuan itu langsung memeluk tubuhku dengan sangat erat "duhhh Han.... kangen banget sama kamu deh".

Kedua mataku terpejam perlahan saat aku mengingat persahabatan kita dari kelas 1 SD dan aku juga mengingat rasa sakit yang teramat sangat ketika mendengar penolakan darinya setelah aku menyatakan cinta padanya saat kami masih kelas 3 SMP.

Dia adalah Axelyne Cervera, perempuan cantik yang sudah mengambil seluruh hatiku, perasaan ku dan hidupku.

Dan semenjak penolakan nya itu, aku meminta ke orangtuaku agar aku pindah sekolah ke luar kota dengan alasan agar aku bisa mandiri.

Xelyne melepaskan pelukan nya dan mengusap-usap poni rambut cepakku "astaga Hansel....kenapa kamu jadi tampan dengan rambut mu pendek begini sih? Padahal dulu kamu cantik banget dengan rambut panjangmu sebelum kamu pindah sekolah ke luar kota".

Semua ini karena aku ingin melupakan mu dengan cara memangkas seluruh rambut panjang ku agar ingatanku juga ikut terpangkas. Tapi sayangnya waktu 4 tahun masih tidak cukup untuk melupakan mu Xelyne.

"Ada apa kamu kemari?",tanyaku dengan suara pelan.

Sesungguhnya aku tidak ingin, tidak mau dan tidak siap untuk bertemu dengan Xelyne. Aku tidak tau harus menghadapi Xelyne, apalagi Xelyne pernah menolak perasaan ku. Ya walaupun dia menolakku secara baik-baik. Tapi tetap saja aku masih tidak siap untuk menghadapinya.

Xelyne tersenyum manis ke arahku "mulai sekarang aku akan tinggal bersamamu".

Deg

"Apa Tante dan Om Daryel tidak memberitahu mu kalau aku akan kemari?"

Kepalaku menggeleng pelan "ponselku mati".

Xelyne menghela nafas pelan "pantas saja aku tidak bisa menghubungi mu, padahal aku sudah 200 kali menelfonmu agar menjemput ku di bandara. Untung saja Om Daryel memberikan alamat rumahmu padaku, jadi aku bisa kemari deh".

Papa memberikan alamatku ke Xelyne? Dan kenapa Xelyne berkata jika dia akan tinggal besamaku?

"Kenapa kamu akan tinggal bersamaku? Dan bagaimana dengan kuliahmu?"

"Surprise......"

Dahiku mengernyit bingung saat Xelyne tersenyum lebar sambil merentangkan kedua tangannya kesamping "aku sudah pindah kampus dan aku sekarang satu kampus sama kamu Han".

Deg

Satu kampus? Kok bisa? Kenapa Xelyne pindah kampus? Lalu bagaimana dengan misi menghilangkan ingatanku jika orang yang ingin aku lupakan ada disini?

"Yuk kita masuk, anggap saja rumah sendiri",ajak Xelyne sambil merangkul lenganku dengan erat.

Lah ini kan rumahku? Tapi sepertinya aku sekarang akan sibuk memikirkan sesuatu.

Ya.....aku harus memikirkan bagaimana caranya agar aku bisa melupakan perasaan ku untuk Xelyne?

Voted?
Komen?

All About You (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang