"Uang bisa di cari, tapi keluarga dan teman yang setia itu susah di cari mudah di abaikan."
❝Johnatan Makuta Adiwangsa❞
⑅⑅⑅
Beberapa motor memasuki lapangan SMAS Jayabaya, suara deru motor mereka menggema di area parkir yang sejuk dengan beberapa siswa yang tengah berkeliaran di sana.
"Wah ..., pagi-pagi udah ada bidadari surga," puji Zack yang melepas helmnya duluan, melihat seorang gadis dengan permen sunduk di mulutnya.
Aaron mengikuti arah pandangan Zack, begitupun temannya yang lain. Aaron melihat mata tak bersemangat dan datar milik gadis entah sedang apa, "Mata lo cepet kalau ada cewek cantik."
"Tau aja lo, bos," jawab Zack cengengesan, bukannya Zack buaya tapi ia suka melihat wajah-wajah manis perempuan di sekolahnya.
"Bukannya itu, Aretha, ya? Tahun lalu, gue se kelas sama dia," tutur Kent yang kini berdiri di sebelah John, laki-laki sipit itu memandang Aretha yang familiar di matanya.
Tidak butuh waktu banyak, Aretha yang merasa dirinya di perhatikan segera melihat 5 laki-laki yang memandanginya. Matanya tertuju pada Aaron yang menatapnya aneh. Entah kerasukan setan mana, Aretha menghampiri 5 bocah bau kencur itu.
"John, John ..., pegangin gue, tuh cewek kemari," ucap Zack dengan nada gelisahnya, John yang berdiri di sebelah Zack menyentil kening temannya itu.
"Sadar, ogeb. Baru satu cewek, belum 1000 cewek."
Aretha bersedekap dada di depan Aaron, dia menghela napasnya di hadapan Aaron. Tingginya sepundak Aaron, yang membuat Aretha harus mendangakkan kepala.
Laki-laki yang di tatap Aretha, membalas tatapan itu dengan santai seakan tidak memiliki salah dan dosa. Rambut panjang bergelombang yang di kuncir satu itu, dengan bibir sedikit merah muda, membuat Aaron tidak bisa berkedip melihat wajah Aretha sedekat ini.
"Bisa lo jaga mata setan lo? Ah, ya, teman-teman lo juga. Gue bukan tontonan pagi kalian, ngerti?"
"Emang lo tontonan gue, gue seorang," ujar Aaron lirih penuh penekanan pada akhir kalimatnya. Aretha membuang tusuk permen ke dalam tempat sampah di dekat sana, tidak berniat memandang Aaron lagi.
"Setan emang gitu, ya? Terlalu mudah jatuh dalam lobang yang sama," sinis Aretha dengan tawa remehnya, Kent yang dekat dengan tempat Aaron mengerjap dua kali mendengar ucapan Aretha.
Aretha melenggang pergi, berlalu dari hadapan Aaron. Dia sempat melirik Theo yang sama-sama melihatnya dengan tatapan tak percaya, Aretha hanya menarik tipis bibirnya sebelum benar-benar pergi dari sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bonaventura
Teen FictionREVISI SETELAH END !!! ⚠️Follow kalau mau baca⚠️ ⚠️Kalau udah di baca, minimal vote & komen⚠️ ⚠️Kalau ada yg plagiat, lapor segera⚠️ Penuh dengan kegilaan, kesadisan, kekerasan, yang sangat-sangat-sangat di sarankan untuk di dampingi orang tua!!! Aa...