20. Anak Gila

22 9 0
                                    

"Jangan berlarut-larut dalam kesedihan, karena kebahagiaan tidak akan datang padamu melainkan kamu yang mendatanginya demi menghapus kesedihan mu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jangan berlarut-larut dalam kesedihan, karena kebahagiaan tidak akan datang padamu melainkan kamu yang mendatanginya demi menghapus kesedihan mu."

Theodorus Aditama Sudewa

⑅⑅⑅

Hanya warna kelabu yang selalu ada menggentayangi setiap gerakan seorang laki-laki, yang kini berdiri tak jauh dari balkon kamarnya. Menyesap setiap rasa rokok yang memasuki rongga mulutnya.

Benson Boone menggema di dalam ruangan gelap, bernuansa modern klasik dengan warna biru dan hitam tercampur membentuk sebuah gradiasi yang menyejukkan mata bagi pemilik ruangan.

Anak anjing terus mengerang kesedihan yang pedih, menumpukan kedua kaki depannya di atas kardus kecil berisi beberapa marshmallow manis yang membuat laki-laki yang melamun dengan sebatang rokok itu tergila-gila padanya.

"Kak, semua orang udah dateng ..."

Laki-laki itu menoleh, menatap kosong ke arah seorang gadis dengan balutan dress selutut berwarna merah dan riasan tipis di wajahnya. Laki-laki yang berdiri di balkon, lantas mematikan rokoknya lalu mematikan juga lagu yang membuatnya merasa tenang dan nyaman.

Mau tak mau, laki-laki itu mengambil jasnya yang tergeletak tak berdaya di atas kasur. Hem putih berpadu dengan jas hitam tampak serasi di tubuh lelaki itu. Dan tak lupa, ia mengusap kepala anak anjingnya meminta anak anjing itu menunggu sebentar saja.

"Jangan sedih terus kak, nanti kak Rebecca juga ikutan sedih."

"Tau apa kamu sama kesedihan? Sudahlah, cepat selesai cepat juga aku tidur," ujar laki-laki itu, melangkah mendahului adik perempuannya. Wajahnya tampak sedikit kusut, membuat wanita paru baya yang berdiri tak jauh dari tangga menatapnya sendu.

"Ron, kamu gak apa-apa 'kan? Kalau acara ini gak kamu inginkan, gak masalah," ucap wanita itu. Ternyata oh ternyata, Aaron lah lelaki yang selama ini merenung dengan sebatang rokok di balkon kamar tanpa berniat untuk bergerak bahkan mengalihkan pandangannya di gelapnya malam itu.

Aaron hanya berdeham singkat, matanya kini menatap wajah gadis dengan balutan gaun yang cantik namun wajah gadis itu menampakkan rasa keraguan dan tak yakin, apakah ini yang mereka inginkan.

Selang beberapa jam, acara yang tak lain adalah pertunangan Aaron dan Rebecca berakhir. Para orang tua berkumpul, dan hanya keluarga dari pihak Aaron dan Rebecca lah yang datang. Tak ada yang lain, dan tak ada yang di undang.

"Ron, harusnya lo nolak ajakan ortu kamu waktu di restoran. Lo tau 'kan, pertunangan ini terjadi karena ortu lo yang lihat lo jarang pulang? Gak logis."

Aaron menghela napasnya berat, gelas yang ada di tangannya kini ia mainkan. Segelas wine yang tanpa Rebecca sadari, di minum habis oleh Aaron. Ia tampak seperti orang yang sangat santai, seperti tidak terjadi apa-apa.

BonaventuraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang