12. Jagoan

34 10 1
                                    

"Aku pernah menjadi rumah mu, rumah pelarian untuk mu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aku pernah menjadi rumah mu, rumah pelarian untuk mu."

Johnatan Makuta Adiwangsa❞

⑅⑅⑅

"Arethaaa~ tungguin dong!" Aretha mendengus sebal. Dia menghentikan langkahnya, kala dirinya ingin mengunjungi perpustakaan sekolah untuk mengembalikan buku yang dia pinjam.

Bahunya terhuyung ke depan. Decakan keras keluar dari mulut Aretha, dia melirik laki-laki dengan senyum yang mengembang, "Lo ngapain ikuti gue?"

"Suka-suka gue, mau ke kantin bareng gak?" Ajak Aaron dengan semangat. Aretha hanya berdeham singkat menjawab ajakan Aaron.

"Tha, Theo itu siapa lo?" Aretha terdiam, jantungnya berdegup tak enak seperti tengah berada di ruang interogasi. Aretha segera meletakkan buku yang dia pinjam, tak menjawab pertanyaan Aaron.

Aaron yang merasa penasaran, dengan segera ia menarik tangan Aretha ketika mereka berjalan melewati rak-rak buku yang tinggi di perpustakaan. Aretha menabrak dada Aaron, membuat matanya terpejam dengan sendirinya.

"Tha, gue tanya, Theo itu siapa lo?" Tanyanya sekali lagi dengan nada berat dan seraknya, ia sudah kesal dari tadi di abaikan oleh gadis yang sudah menjadi temannya.

Aretha masih terdiam, untungnya perpustakaan tersebut sepi jadi tidak akan ada yang tahu kelakuan Aaron yang menyebalkan. "Tha, jawab."

"Dia ..., Theo itu, Theo ..., dia temen gue, Ron," jawab Aretha terbata-bata, napasnya sudah tak beraturan. Berada di dekat Aaron, membuat tubuhnya panas dingin, telapak tangannya yang Aaron pegang kini berkeringat.

Aretha mengerjap tiga kali, ketika dia merasakan kecupan ringan di kepalanya. Aretha tersadar, tak sengaja dia menendang selangkangan Aaron dengan pahanya.

"Aww! Ih Aretha, setan! Kiko gue, ya Tuhan ..." Rintih Aaron sembari memegangi area sensitifnya. Aretha menutup mulutnya dengan telapak tangannya, dia tidak bermaksud untuk melakukan kekerasan di sekolah.

"Ron, aduh ..., maaf ya, maaf, gak sengaja gue ..." Aaron bisa melihat wajah khawatir milik Aretha bercampur dengan senyum mengembang. Gadis aneh, bisa-bisanya dia mengejek Aaron dan Kikonya.

"Malah ketawa lo! Buset, sakit banget bangs*t ..., ck, awas aja lo Tha, gue gantung lo di pohon ceplukan!"

"Hahaha! Apa sih, Ron! Mana ada orang di gantung di pohon ceplukan! Hahaha! Njir, perut gue sakit." Aaron membungkuk, mengucapkan kata-kata mutiaranya untuk Kikonya. Padahal, Aretha menendangnya pelan kenapa sakitnya luar binasa.

Saat Aaron rasa nyerinya menghilang, ia melihat Aretha yang masih tertawa kecil dengan senyum yang belum pernah Aaron lihat. Senyumnya indah, Aaron ingin terus melihat senyum itu daripada wajah datar gadis itu.

"Gue suka senyuman lo, Tha ..."

***

"Jadi, bos?" Aaron berdeham, menatap bingung ke arah John yang entah tengah membicarakan hal apa. Aaron dan teman-temannya tengah berkumpul di kantin, menyantap makan siang mereka.

BonaventuraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang