"Mari kita ketuk pintu yang sama, membawa kepercayaan semua orang untuk membuka lembar baru bersama."
❝Rebecca Wilson❞
⑅⑅⑅
"Tumben, Aaron gak masuk. Bolos?" Tanya seorang gadis dengan rambut tergerai panjang menutupi punggungnya, tangan gadis itu menari ria di atas tumpukan kertas.
Ruangan yang sepi, hanya terdapat beberapa siswa yang berkumpul untuk mengobrol santai. Seorang laki-laki dengan jas OSIS tampak gelisah, dengan tangan yang mengurut kening yang tampak serius.
"Kayaknya iya, Bundanya Aaron bilang, dia sakit. Lo gak di kasih kabar?" Gadis itu menggeleng lemah, napas berat keluar dari hidung gadis itu.
Rasanya lemas, tidak ada orang yang mengganggunya, cerewet, cari perhatian dengannya. Hatinya terasa hampa, tak ada rasa, sunyi.
"Lo kayak orang kehilangan aja, Tha ..., mukanya kucel gitu," goda seorang gadis lainnya yang duduk tak jauh dari gadis yang lemas di depan tumpukan kertas.
Aretha, gadis itu berkumpul dengan teman-temannya, anak-anak Morpheus di ruang OSIS. Gadis itu tengah memeriksa beberapa proposal pengajuan dana, untuk acara pensi di sekolahnya.
"Theo, lo suram juga tu. Gak di sirami sama emak lo?" Theo berdecak kesal kalas mendengar celoteh John dari tadi, laki-laki itu mencari masalah dengannya.
"Jangan di ganggu John, lo tau? Dia tu lagi mikirin anak baru yang sekelas sama dia, lembek banget tau, ngintil mulu sama Theo," ujar Aretha lirih yang mendapat tatapan tajam dari Theo. Aretha mengangkat kedua jarinya membentuk v.
John mengangguk-angguk mengerti, sembari berdeham seakan-akan ada sesuatu yang tersangkut di tenggorokannya, "Cantik gak? Kenapa gak lo ajak ke sini, Theo?"
"Berisik lo, urus diri lo sendiri."
"Ngeri amat pak waka," ledek Kent yang sedang menyusun beberapa bintang dari origami di kursi. Kekehan muncul dari Zack, melihat Theo yang kesal karena John.
"Mabar aja yok, bosen ni gue," ajak Zack, yang langsung di setujui oleh John dan Kent. Trio gamer itu langsung menyambar ponsel mereka masing-masing.
"Namanya siapa, sih? Kepo gue," gumam Aretha lirih pada Theo, yang menyembunyikan wajah di antara lengannya di meja. Theo itu orangnya susah sekali di bujuk, apalagi pelit informasi.
"Chelsy, Chelsy Guntara. Anaknya Om Tara, tu sebelah rumah," ujar Theo santai, dengan suara melasnya seperti anka kecil.
Aretha terkekeh mendengarnya, Theo bukan tipe orang yang akan manja apalagi memelas kalau bukan dengan orang terdekatnya, "Cantik tau dia tu, jangan di sia-siain, Wa ..."
***
"Apa-apaan Bun? Aaron gak mau," ujar Aaron kala ia melihat satu setel jas berwarna hitam yang cocok di tubuhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bonaventura
Teen FictionREVISI SETELAH END !!! ⚠️Follow kalau mau baca⚠️ ⚠️Kalau udah di baca, minimal vote & komen⚠️ ⚠️Kalau ada yg plagiat, lapor segera⚠️ Penuh dengan kegilaan, kesadisan, kekerasan, yang sangat-sangat-sangat di sarankan untuk di dampingi orang tua!!! Aa...