"Senyum mu bagaikan candu, selalu ingin ku lihat setiap detik."
⑅⑅⑅
Drttt ... Drttt ... Drttt ...
"Ayah, Ayah, bangun ..."
Aaron menggeliat kecil, memeluk Arvin yang baru saja membangunkannya dengan tangan mungilnya. Rasanya badan Aaron hancur, padahal ia hanya bermimpi menabrak sapi kurban.
"Ayah, hp bunyi ish!"
Cupp ...
"Morning my lil baby," sapa Aaron setelah mengecup gemas pipi gembul milik Arvin, padahal Arvin makan sedikit kenapa bisa semenggemaskan ini.
"Morning dunia penuh kejutan." Imbuh Aaron dalam hati, sembari mengumpulkan nyawanya.
Ponselnya terus saja bergetar hebat di nakas, membuat Aaron mengerutkan keningnya dalam. Siapa pagi-pagi yang berani mengganggu tidurnya?
"Hm, siapa?" Tanya Aaron dengan suara serak rendahnya, kelihatannya Aaron memang benar-benar lelah. Bahkan selimut masih bergelayut manja di tubuhnya.
"Astaga, minimal buka matanya, Ron. Untung gue yang telfon, kalau temen lo apa gak di ketawain lo?"
Helaan napas terdengar sampai ke ponselnya, laki-laki yang telanjang setengah badan itu meletakkan ponselnya di atas dadanya. "Morning, my love. Kenapa vc gue? Kangen?" Tanya Aaron sembari mengucak-ucak matanya.
"Ayah, gak boleh kucek mata, nanti sakit," tegur Arvin yang sudah duduk bermain mobil-mobilan.
"Itu dengerin Arvin, Ron. Bangun gih, abis itu mandi. Gue sendirian di rumah, kalau lo-"
"Oke, abis ini gue ke sana sama Arvin. Tunggu ya, sayang," ujar Aaron menyerahkan ponselnya pada Arvin.
"Pegang dulu, nak. Ayah mau mandi, okay boy?" Arvin mengangguk.
Aaron segera mengambil handuknya, tanpa babibu langsung menuju kamar mandi. Sedangkan Arvin, asik mengobrol dengan Aretha.
"Arvin udah sarapan, belum?" Tanya Aretha, yang berjalan hendak menuju ruang tengah untuk mengambil bonekanya.
Arvin yang dari tadi bermain mobil-mobilan, hanya menggeleng kecil, "Belum, kalau Bun-Bun Retha udah belum?"
Gadis dengan piyama yang masih melekat di tubuhnya, dengan boneka pinguin di pelukannya, mengeluarkan tawa kecilnya, "Belum, mau makan bareng di rumah Bun-Bun? Nanti di masakin nasi goreng, id buatin roti selai, susu, semua apa yang Arvin mau."
"Okay, nanti Arvin mam di sana sama Bun-Bun."
"Vin, mandi! Air angetnya udah ada di bak kesayangan mu, biarin Bunda mandi juga, oke?"
"Humm ..., iya, Ayah cerewet. Ya udah Bun, Arvin mau mandi dulu. See you, Bunda cancii!"
Setelah wajah Arvin menghilang, Aretha bergegas menuju kamarnya karena ingin rebahan. Aretha sudah mandi juga, hanya saja malas ganti baju.
"Kamu udah mandi, sayang?" Tanya Aaron yang sibuk memilih pakaian, bisa terlihat saat pintu lemari terbuka.
"Udah tadi."
"Oh, oke." Singkat, padat dan tidak jelas. Mungkin Aaron terlalu fokus mencari baju, padahal lemarinya khusus pakaian rumah paling banyak kaos polos.
"Oh, oke doang sayang?"
Aaron menghentikan aksinya memilih baju, tangannya segera menyambar ponsel yang tergeletak tak jauh dari tempatnya berdiri. "Udah berani manggil sayang, hm?" Tanyanya, menyandarkan ponselnya di tumpukan baju.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bonaventura
Teen FictionREVISI SETELAH END !!! ⚠️Follow kalau mau baca⚠️ ⚠️Kalau udah di baca, minimal vote & komen⚠️ ⚠️Kalau ada yg plagiat, lapor segera⚠️ Penuh dengan kegilaan, kesadisan, kekerasan, yang sangat-sangat-sangat di sarankan untuk di dampingi orang tua!!! Aa...