8. MoDus

53 14 27
                                    

"Rindu bisa di rasakan, kapanpun kau inginkan namun tidak bisa menghilang ketika kau terjebak di dalamnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Rindu bisa di rasakan, kapanpun kau inginkan namun tidak bisa menghilang ketika kau terjebak di dalamnya."

Aretha Satyagama

⑅⑅⑅

"Dek, bangun! Ada temen kamu nungguin di bawah!"

Gadis itu menggeliat di dalam selimut tebal nan hangatnya, dia mengusap matanya seraya mencari ponselnya. Matanya menyipit saat sinar ponselnya menyengat matanya.

"Ck, baru jam 6 ganggu orang tidur!" Kesalnya sembari menendang-nendang selimutnya.

Saat gadis itu menuruni anak tangga, dia melihat dua laki-laki berseragam di dapur. Dia juga melihat Ibunya dan Ayahnya di sana, sedangkan kakaknya entah pergi kemana.

"Lo itu kenapa sih?" Gumam anak laki-laki dengan lirihnya, sembari menyikut lengan laki-laki lain.

Laki-laki dengan kacamata itu hanya mengangkat kedua bahunya tak acuh, "Lo yang kenapa, Ron."

"Pagi, Ma, Pa," sapa gadis itu, sembari mengecup kedua pipi orang tuanya. Dia menjatuhkan bokongnya di kursi makan, berhadapan dengan anak laki-laki yang sepantaran dengannya.

"Aretha, kamu bareng temen kamu, ya? Papa gak bisa antar hari ini," ujar pria paru baya yang tak lain adalah Ayah Aretha, gadis yang di ganggu tidurnya tadi.

"Kenapa gak sama bang Archard aja?" Tanya Aretha, sembari memakan perkedel kentang buatan Ibunya. Dia sedikit terganggu dengan keadaan di depannya, dimana dua laki-laki yang sedari tadi memandang penuh amarah.

"Abang gak bisa, berangkat pagi. Archard berangkat, Ma, Pa," pamit Archard, yang tiba-tiba muncul lalu mengecup pipi kedua orangtuanya bergantian.

Dua anak laki-laki yang sedang berdebat di depan Aretha, tiba-tiba saja diam saat Archard tiba di sebelah mereka, "Jagain adek gue, kalau nakal, jitak aja. Ikhlas gue."

"Siap bos!" Seru kedua laki-laki tersebut kompak, membuat Ayah dan Ibu Aretha tersenyum melihatnya. Sedangkan Aretha, dia bergidik ngeri melihat kekompakan dua bocah di depannya.

***

"Lo kenapa sih ke rumah gue? Caper lo? Iya?!"

Laki-laki yang duduk di atas motornya memandang wajah Aretha sok polos, ia mendengarkan ocehan Aretha yang tidak mau naik ke atas motornya.

"Semalam lo bilang gue boleh ke rumah lo, iya 'kan?" Ujar laki-laki itu dengan nada manisnya, membuat Aretha menghentak-hentakkan kakinya. Mau tak mau dia naik ke atas motor laki-laki itu.

BonaventuraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang