"Tak ada kasih yang lebih besar dari kasih seorang sahabat yang rela mengorbankan nyawanya demi sahabat-sahabatnya."
❝Zackary Alejandro❞
⑅⑅⑅
Sebuah Pure yang ramai, Aaron memarkirkan motornya bersama teman-temannya. Baru pukul setengah 10, Aaron sudah tiba di TKP. Ia dan teman-temannya di sambut oleh para tua-tua, sembari berbincang apa yang harus Aaron lakukan.
"Begitu, nak. Kalau misalnya ada masalah, nanti bisa lapor ke ketua panitianya," ucap pria yang ada di hadapannya, Aaron mengangguk patuh lalu meminta ijin untuk membicarakan hal tersebut dengan teman-temannya.
"Jadi, gimana bos? Ini Pure bukan gereja ya, pasti beda," ujar Zack, merapikan headband dan menyimpan nunchaku di belakang tubuhnya. Aaron tidak segera menjawab, ia melihat Theo yang tampaknya gelisah sejak tadi.
Theo yang merasa dirinya di tatap oleh Aaron, mencoba menetralkan ekspresinya. Ia kepikiran oleh gadis polos nan bar-bar di rumahnya, bagaimana jika nanti gadis itu masuk ke dalam kamarnya?
"John sama Kent, lo berdua patroli di sekitar Pure ini. Zack, lo jaga parkiran. Theo, lo jaga di dalam sini. Gue jaga di depan, sebenernya kita doang kurang tapi ya udah pas-pas in aja. Kasian kalau kita manggil anak-anak, mereka pasti lagi ibadah sama bantu emak mereka," ucap Aaron terus terang, dengan wajah yang terlihat tidak meyakinkan.
"Lo jangan sampai kecapekan, Ron. Nanti sore lo ada tugas, kalau lo lupa," tutur John yang kini mematik rokok, Theo sempat menatap tajam ke arah John tapi tak apalah, lagipula ini bukan di sekolah.
"Iya, iya, gue gak lupa. Kalian hati-hati, kata orang-orang disini ada geng motor yang kadang ganggu mereka apalagi ini hari besar 'kan? Jangan pakai senjata, kalau bukan keadaan urgent."
***
Jaket kulit tersampir di pundak laki-laki itu, ia menyandarkan tubuhnya pada tembok dengan rokok yang di apit di jarinya. Ia melihat ke kanan-kiri, memastikan tidak ada orang yang mencurigakan di sekitar Pure.
"Gantian gak?" (Theo)
Laki-laki itu tampak tersadar dari lamunannya, ia mendengar suara berat di seberang sana melalui airpod. Helaan napas berat terdengar keluar dari mulut laki tersebut.
"Gue masih bisa jaga, bentar lagi juga selesai," tutur laki-laki itu, mematikan rokok di tangannya lalu membuangnya di tempat sampah yang sudah tersedia.
"Oh, ya udah." (Theo)
"Dih, tai kambing!" Umpat laki-laki itu, saat sambungan di putus secara sepihak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bonaventura
Teen FictionREVISI SETELAH END !!! ⚠️Follow kalau mau baca⚠️ ⚠️Kalau udah di baca, minimal vote & komen⚠️ ⚠️Kalau ada yg plagiat, lapor segera⚠️ Penuh dengan kegilaan, kesadisan, kekerasan, yang sangat-sangat-sangat di sarankan untuk di dampingi orang tua!!! Aa...