25. Hampir sama

31 8 0
                                    

"Bolehkah aku memelukmu, untuk terakhir kalinya?"

ALEJANDRO

⑅⑅⑅

"Eng- ..."

Kening laki-laki yang tengah berbaring tiba-tiba mengerut, kala hidungnya mencium bau wangi yang pekat. Di sebelahnya ...

"Eh ..., a-anu ..., maaf gue jadi ganggu tidur lo," ucap gadis yang berdiri di sebelah kasur dengan anjing yang berada di gendongannya.

Laki-laki itu menghela napasnya pelan, lalu duduk dan mengusap-usap wajahnya. "Jam berapa sih?" Tanya laki-laki itu menatap wajah gadis di sebelahnya dengan muka bantalnya.

Gadis itu tampak berpikir dan melirik jam dinding, "Umm ..., jam 8 pagi, Arvin udah mandi sama Bunda. Yanda bilang hari ini lo istirahat aja, soalnya akhir-akhir ini lo agak sibuk?"

Aaron hanya berdeham singkat, di sampirkannya selimut yang mengganggu kakinya. Hari Sabtu, ya? Sepertinya Aaron sudah punya rencana untuk hari ini.

"Ya udah, lo turun aja, Re. Gue mau mandi atau lo bangunin gue karna mau mandi bareng?" Goda Aaron asal-asalan, mencoba mengumpulkan kekuatannya untuk berdiri.

"Eh ..., gak! Gue udah mandi!" Tolak Rebecca dengan wajah yang menunduk, dia pasti malu, pikir Aaron.

Aaron adalah orang yang tidak bisa hidup kalau belum menjahili teman atau keluarga, ia dengan seringai jahilnya mendekat membiarkan Bubu yang ada di gendongan Rebecca turun. Tubuhnya semakin dekat dengan Rebecca, tangan yang melingkar di pinggang gadis itu membuat Aaron tiba-tiba mengingat sesuatu.

"A-Aaron ..." Mata Aaron membulat, wajah gadis yang ada di depannya. Apa ini mimpi? Gadis yang ia rindukan, yang marah padanya.

"Ron ..." Kepala Aaron mulai terasa berat saat suara itu memanggil namanya, kesadarannya mulai menghilang kala wajahnya bisa merasakan embusan napas gadis di dekapannya.

Sedangkan Rebecca menahan tubuh Aaron, rasa hangat dari tubuh Aaron yang tidak biasa. Rebecca tahu artinya, memang wajar kalau Aaron bersikap seperti ini tapi ...

"Gue ..., Tha ..., gue sayang sama lo ..."

Seketika Rebecca membeku, tangannya dingin dan tatapannya kosong. Apa yang dia dengar bukanlah hal yang mengejutkan baginya, tapi kenapa saat tubuhnya di dekap oleh Aaron ada perasaan tidak enak dan nyaman yang bercampur. Apakah dia akan menjadi sasaran birahi seorang Aaron yang menganggapnya orang lain.

Wajah itu mendekat, seakan menjadi pisau tajam yang ingin menusuknya. Dia siap, Rebecca siap jika di mata Aaron saat ini bukanlah Rebecca.

"Woy!!! Bang!!! ASTAGHFIRULLAH, MASIH PAGI WOY!!!" Aaron tersentak lalu menjauh seakan ada hal yang tidak benar menghantamnya, ia melihat gadis itu, Rebecca, sialan! Apa ia menghayal bahwa Rebecca itu Aretha?!

Laki-laki yang tak sengaja lewat depan kamar Aaron itu hanya bisa menggelengkan kepalanya dan berdecak kagum, "Main aman kenapa? Di kamar mandi sono! Eh ..., belum menikah kalian, kak Re, keluar deh daripada di lahap monster!" Goda Rafa lalu tertawa dan segera meninggalkan Aaron yang menatapnya sengit.

"Emm ..., itu ..., gue-"

"Gue minta maaf, gue gak bermaksud aneh-aneh sama lo. Maaf," ujar Aaron dengan tatapan penuh bersalah, Rebecca merasakan dadanya nyeri. Apa ini rasanya sakit hati? Tapi kenapa dia harus merasakannya?

BonaventuraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang