"Bunga mawar memang indah, namun setiap kelopaknya gugur maka disitulah kami menunduk menatap jauh ke arah tanah yang nantinya kami juga kembali menjadi tanah."
❝Johnatan Makuta Adiwangsa❞
⑅⑅⑅
"Lo kok diem mulu, Tha?" Tanya Aaron, menatap wajah gadis di sebelahnya yang sudah menjadi teman sebangkunya cukup lama.
Aretha hanya berdeham singkat, membolak-balikkan lembar halaman buku paket yang dia baca, sesekali menandai kata-kata yang penting di buku tersebut.
Aaron memajukan bibirnya beberapa centi, menggeser kursinya lebih dekat pada Aretha. Ia melihat beberapa coretan di buku tersebut, "Tha, itu kan buku milik sekolah. Emangnya gak di marahin bu perpus?"
"Gue bisa beli satu perpustakaan sekolah kalau gue mau coret-coret buku paket, lagipula kita naik kelas buku paket ini jadi milik kita," tutur Aretha membuat Aaron membulatkan matanya sempurna.
"Lagian, kita udah mahal-mahal bayar sekolah, wajar kalau sekolah kasih buku paket ini percuma buat kita. Lagipula ada aturan tertulis, 'setiap anak berhak menerima buku dari sekolah seadil-adilnya, dan setiap anak berhak mengembalikan buku kepada pihak sekolah' pasal 3 ayat 1, peraturan Jayabaya school tentang media pembelajaran siswa dan guru."
Aaron bungkam, ia mengerjap beberapa kali setelah mendengar ucapan Aretha yang begitu panjang. "So, gak ada salahnya gue coret buku ini because ..., gue nerima buku ini buat gue belajar di rumah, di sekolah, selama libur, setelah gue lulus, dan kenaikan kelas. Do you understand?"
Aretha menatap wajah laki-laki di sebelahnya malas, dia berusaha menyusutkan emosinya agar tidak terjadi perkelahian di atas meja Aretha dan Aaron. Laki-laki itu tampak mengangguk kecil, membuat Aretha gemas dan tanpa sadar mengukir senyum tipis di bibirnya.
"Lo senyum?" Aretha melotot terkejut, berdeham singkat lalu kembali fokus pada bukunya, "Gak," jawab Aretha.
Aaron hanya terkekeh, namun kekehan itu hilang kala mengingat kejadian dimana Aretha bertemu dengan rivalnya. "Gue tandai mayat lo, Rey ..."
***
Kringg!!
Kringg!!
"Woi! Gue duluan yang beli!"
"Ngantri woi, ngantri!"
"Gue juga lapar, gak lo doang!"
Cekcok terjadi, beberapa anak berkerumun di depan stan makanan. Theo selaku ketua OSIS hanya bisa melihat anak-anak yang berebut makanan, keningnya terasa sakit mendengar ocehan anak-anak kelaparan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bonaventura
Genç KurguREVISI SETELAH END !!! ⚠️Follow kalau mau baca⚠️ ⚠️Kalau udah di baca, minimal vote & komen⚠️ ⚠️Kalau ada yg plagiat, lapor segera⚠️ Penuh dengan kegilaan, kesadisan, kekerasan, yang sangat-sangat-sangat di sarankan untuk di dampingi orang tua!!! Aa...